Sendirian di sampan. Mencoba memaksakan kehendak. Sunyi tak bisa ditolak.Â
Lelah berjalan berombongan. Seperti burung, perlu hinggap sejenak. Saat ingin beristirahat dengan mengibaskan rasa malas.Â
Jika sudah nyaman di pohon rindang, mereka beranak pinak di situ. Karena terlalu riuh, mereka pun ingin terbang sendiri. Ikut ketenangan sampan, mengikuti ke mana akan berjalan.
Kehendak itu sebenarnya liar. Tetapi sampan dan burung mencoba untuk menumpulkan daya kritis sejenak.
Tak peduli terhadap intelektualisme atau rasionalisme. Itu pengelompokan cara berpikir, bukan cara mengheningkan perasaan.Â
Mengetahui dan menghendaki adalah pasangan pilihan spiritualitas. Namun, kebaikan dan pemaksaan kehendak itu tetap terlihat tipis perbedaannya.
Kehendak mutlak, senantiasa bermuara pada diri kita. Walau absurd, banyak yang memilih sebagai gaya. Tapi ketika sedang bersampan, tak tahu akan menuju ke mana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H