Membayangkan sesuatu di ketinggian, dhuh nikmat nian. Semuanya terlihat kecil, termasuk pepohonan. Eksistensi dahan dan ranting tidak kelihatan. Apalagi keberadaan akar.
Semua hanyalah bercak. Komposisi warnanya memang mengundang kagum berdecak. Dalam kekerdilan yang menganga, terasa ada jalan menuju maha.
Motif berkuasa itu ada. Kini, maupun sejak dahulu kala. Berjalan pelan-pelan hingga hinggap ke rasa yang menghanyutkan. Selalu bermimpi tentang kedudukan yang tertinggi. Mereka harus rajin menebar janji.
Saat sudah mencapai ketinggian, tiada kamus perlahan-lahan. Tak masalah, jika ada saja yang mengatakan karbitan. Di perdagangan buah-buahan, itu sudah menjadi keniscayaan. Diunduh saat masih mentah, diperam agar terkesan matang. Saat ada yang membeli baru ketahuan, bahwa itu hanyalah tipuan.Â
Air itu perlu sumber yang dalam, agar alirannya panjang.
Para pengkhayal lalu membuat visi missi. Harapan dan tujuan disulap menjadi seindah mungkin, seperti mimpi.
Membayangkan dari ketinggian, dhuh indah nian. Yang dingat hanya kamus menang, tak ingin merasakan kekalahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H