Suka selalu hadir sesuai waktunya. Ia mampu mengundang keingintahuan dan tawa. Sudah lupa bagaimana cara mengalirkan air mata.
Saat usia melintas tua, para insan perasa sibuk menggoreskan luka. Lalu membenci sesama yang berbeda, setelah menggolong-golongkannya.
Berbahagialah mereka yang tidak terlalu perasa. Menjalani hidup apa adanya. Sesekali melihat ke dalam, sedikit demi sedikit menabung kebahagiaan.
Jika pun suatu waktu mendapati rasa derita, lalu disambutlah dengan wajah tidak cerah. Derita dan bahagia itu tipis bedanya, jika mampu mensyukurinya.
Dukacita dan sukacita pada hakikatnya berpasangan. Tak mau berpisahan seperti"mimi lan mintuna". Apabila sedang suka, bersiaplah untuk berduka. Apabila merasa duka, tak lama akan kedatangan suka.
Hidup sejatinya bukanlah sekumpulan suka. Sementara itu yang dikejar hanyalah bahagia. Sering berucap, bahwa derita itu kutukan. Padahal hanyalah penghilang senyuman.
Alangkah beruntungnya melihat anak yang sedang asyik memetik kebahagiaannya. Tak terlintas wajah iri dan benci. Mereka mengalir, hingga jauh ke hilir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H