Melintasi masa kanak-kanak, aturan tak banyak, lentur kala bergerak. Lari, jatuh, menangis. Jauh dari perilaku bengis. Tak memasalahkan pandangan pesimis atau optimis. Cukup mengenali warna balonku saja.
Saat masih berkuncup, mereka belajar melalui bermain. Tidak mudah tersinggung, berebut posisi yang paling agung. Kebencian pun tidak digelar dan diwariskan. Seperti memisahkan siapa lu siapa gua.
Memulai dari motorik kasar dan motorik halus. Dari sana budi pekerti akan bersemi. Nantinya menuju ke keindahan budi pekerti.
Penjelajahan dunia sekitar, memupuk keberanian untuk mengamati contoh, contoh, dan contoh. Belum melestarikan perilaku "panasten" berpanas hati, sambil merendahkan peran orang lain.
Gelombang buih berunjuk rasa, berawal dari sana. Mengalahkan unjuk karya serta unjuk cipta yang lebih mulia.
Para perasa itu sangatlah peka. Diberitahu merasa digurui. Tidak diberitahu, merasa terpinggirkan.
Kekanak-kanakan atau childish, jauh dari sifat ideal. Belantara emosi yang dibakar, mampu menjilat kebinalan yang "makantar-kantar". Pendidikan budi pekerti sedari dini, sangatlah berarti sedari dulu hingga kini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H