Tak ada batas usia untuk saling bertukar cinta. Setiap akan menghapus kata cinta di atas riak air, selalu kembali akan menyala. Syair cinta itu akan abadi bagi yang memahatnya.
Melintas usia, cinta ternyata mampu bersemi indah saat menua. Kelembutannya malah makin membelai renta.
Dalam gejolak ingin, dari segala penjuru angin, berikrar dalam panas dan dingin.
Cinta mampu menghangat  saat fajar memancar lagi. Di antara ranting dan hijau tunas dedaunan, kita berdua ada di sana kembali.
Di lembah yang semakin indah, seperti mengulang kembali ketika muda dahulu. Bebungaan masih iri. Rumput yang mulai mengering, Â sempat-sempatnya mengerling. Bedanya, kini berlangsung lebih hening.
Keringkihan badan, mengguncang kebisuan. Mengusap penuh rindu, dalam kelembutan yang mengabadi.
Tidaklah tepat jika mengira bahwa sayap tua itu tak mampu lagi mengepak bahagia. Biar lambat, tetapi pasti. "Alon-alon nanging mesti. Lente sed attente".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H