Setiap malam, hampir dipastikan hujan. Tahu-tahu, pagi hari jalanan sudah tergenang. Menjelang pagi, dinginnya sudah mulai menusuk tulang.
Saat ini suasana tenang hadir menjelang malam. Senyap terasa menyergap, sisa "tintrim" pandemi.
Jika kita menarik napas, akan lega segar sekarang . Asap jalanan jauh berkurang. Senyap menyergap, beristirahat pun lelap.
Pandemi meninggalkan kebiasaan baik. Tersisa hikmah yang bernas, agar terbiasa awas. Segala sesuatu pasti ada batas.
Pagi pasti melewati malam. Menembus dulu suasana abu-abu. Mampu menyilamkan, tapi tetap berharap mampu memandang bintang kejora. Dari suasana pandemi terbayang, malam pun makin dipenuhi bintang.
Mencari makna nasib, masih di seputar takdir atau peruntungan. Daya itu sulit dikendalikan memang.
Menyongsong malam, terurailah mana yang akan dijadikan mimpi, mana pula yang akan dikerjakan nanti. Harapannya, tetap berusaha secara gagah, agar tidak mati langkah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H