Jika sendirian, lisan terkesan mirip bunga, apalagi setelah hujan. Ia mengatup ke bawah, mengendapkan segala rasa, sejenak mengistirahatkan resah. Masih lumayan, ada yang mampu membesut jiwa, untuk tampil kentara.
Di ujung daun, masih tersisa embun. Menjadi latar dari sisa bunga, yang dulu indahnya tak pernah resah. Hujan jarang sekali ikhlas enyah, karena asyik menyuburkan bumi.
Hujan di siang, lebih terkesan mencekam. Menggantung dekat ke bumi. Jika warna menjadi abu-abu, itu pertanda air hujan telah dimuntahkan.
Jika sudah begitu, alam lega terdiam. Resah pun melarut, tepian berangsur hilang.
Perasaan kadang mengalahkan pikiran. Di saat yang sering tidak terduga itu, cemburu malah membara, membayangkan sesuatu yang tidak perlu.
Sebenarnya ada keinginan untuk menjadi individu yang sulit untuk dibagi. Karena unik, yang terpendam justru kekhasan, yang sulit dicari penggantinya.
Kesendirian itu terkadang lebih menawan. Apalagi jika dipandang sehabis hujan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI