Di musim hujan, ingin bermain pasir, rindu pantai. Istana pasir, dibangun tinggi, sangat indah sekali. Tidak begitu lama, angin pun datang, lalu menerjang. Istana pun poranda, tak ada rupa, rata di tanah.
Sangatlah naif, setiap runtuh, kan menegak kembali. Belajar pasrah, ternyata tidak mudah, terus gelisah.
Pantai yang perkasa, aku mencinta, entah kenapa. Dulu sangatlah dekat, lalu berjarak, hingga sekarang.
Musim penghujan, pantai ditinggalkan, hanya di rumah. Cukuplah sudah, nikmati celah, di jendela terbuka.Â
Burung-burung pun, kadang berlindung, riang ceria. Bercanda saja, berteduh dari hujan, melupa dahan.
Dendang lagu harapan, disenandungkan, sabar dan tenang. Tetap perkasa, cinta melintas masa, tak kan binasa.
Mengepak sayap putih, terbang tanpa merintih, menghilang sedih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H