Mohon tunggu...
Bambang Subroto
Bambang Subroto Mohon Tunggu... Lainnya - Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Pensiunan Badan Usaha Milik Negara, alumni Fakultas Sosial & Politik UGM tahun 1977. Hobi antara lain menulis. Pernah menulis antara lain 2 judul buku, yang diterbitkan oleh kelompok Gramedia : Elexmedia Komputindo. Juga senang menulis puisi Haiku/Senryu di Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Terbingkai di Jendela

3 Maret 2022   07:08 Diperbarui: 3 Maret 2022   07:16 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jendela itu, bisa dibuka, bisa pula ditutup. Jika ditutup, hilang pandangan luar, lalu terkungkung. Seperti katak, terkurung di tempurung, gelap dan murung.

Jendela itu bisu, menjadi saksi, hati yang pilu. Kadang terharu, masygul di situ, yang menggundahkan hati. "Remuk lan remek, tatu atine", hancur dan lebur. Tua bak sapi, makin berat bobotnya, lamban berdiri.

Jendela itu bisu, menjadi saksi, hati yang pilu. 

Nalar terbakar, sulit berkesimpulan, subyektif hati. Sanggup menipu, ragukan paham lain, sepanjang waktu. Bernalar analogis, suka sengketa, tak habis-habis. Setelah itu, api berkobar, terus membesar.

Jendela itu bisu, menjadi saksi, hati yang pilu. "Legan golek momongan", gampang tersinggung, mencari lawan. Entah sampai kapan, buka wawasan, senang berkawan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun