Jendela itu, bisa dibuka, bisa pula ditutup. Jika ditutup, hilang pandangan luar, lalu terkungkung. Seperti katak, terkurung di tempurung, gelap dan murung.
Jendela itu bisu, menjadi saksi, hati yang pilu. Kadang terharu, masygul di situ, yang menggundahkan hati. "Remuk lan remek, tatu atine", hancur dan lebur. Tua bak sapi, makin berat bobotnya, lamban berdiri.
Jendela itu bisu, menjadi saksi, hati yang pilu.Â
Nalar terbakar, sulit berkesimpulan, subyektif hati. Sanggup menipu, ragukan paham lain, sepanjang waktu. Bernalar analogis, suka sengketa, tak habis-habis. Setelah itu, api berkobar, terus membesar.
Jendela itu bisu, menjadi saksi, hati yang pilu. "Legan golek momongan", gampang tersinggung, mencari lawan. Entah sampai kapan, buka wawasan, senang berkawan.