Mentari menggelinding, pelan ke malam, lewati ufuk. Pohon bersiap, menampung burung-burung, bersenyap gelap. Malam pun suwung, denting rindu dilipat, bisiknya lamat.
Entah mengapa, kita kagumi senja, di mana-mana. Jika punya biaya, ujung dunia, kan ditempuhnya. Ingin menyapa senja, sebelum tiba, malam gulita.
Petang pasti kan datang, karna biasa, berlalu saja. Rasa makin impresif, menjauh gaduh, lupa mengaduh. Tetap berjalan, nyaris tanpa bualan, menggelincirkan.
Berburu senja, nyaris tanpa biaya, angan pun bisa.
Dalam tidur semalam, bermimpi debur, pinggir pantai. Kudengar bisik, "jadilah pasir", jika memandang akhir. Berbutir-butir, di sapu ombak, kan kembali ke pinggir. Tegap di situ, ombak pasti berlalu, tinggal riaknya. Betapa luas, laut tidak berbatas, syukur yang bebas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H