Malam gerimis, rintikkan tangis, pahit tak manis. Aku sendiri, berjalan sepi, seakan buta peta. Barat utara, perasaan belaka, entah benarnya.
Telaga tenang, paham cara menghormat, sepenuh sopan. Sedikit riak, tumpahkan rasa, berserak-serak lama.
"Aku ingin bertemu, biar ku paham, motif memutuskanku".
Malam gerimis, semoga hujan hati, tidaklah kuyup. "Padhang atiku, padhang dalanku", titik terang ketemu.
"Padhang pikire, padhang jagade", persoalan pun jelas. Tak ada dusta, antara kita, terang benderang.
Dulu rinduku, hanya memanggilmu, tak ada lain. Untukmu satu cinta, tidak mendua, berpagar rindu. Damai tapi luka, aku merasa, hampa di dada. Terbangkan jiwa, jauh sepenuh luka, mimpi semata.
Malam makin gerimis, mungkinkah tangis, menghentikannya ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H