Topeng itu tergeletak di rerumputan usang. Tetap seperti dulu. Hidung, mata, dan giginya persis. Ekspresi wajahnya tetap, dari masa ke masa.
Sebagai masa lalu, sudah banyak yang tak mengenalnya. Walau ada sejarah, terdapat perbedaan ingatan dulu dan sekarang.
Dulu wajah itu disapa ramah. Bahkan oleh mereka yang kenal pun tidak pernah.
Saat perasaan kenal dipotong habis hingga ke akar-akarnya, muncullah pertanyaan : "Siapakah dia ?Â
Kalau pun dijawab percuma juga. Karena nama sudah tertimbun terlalu lama.
Pernahkah melewati masa tampan? Â Tentu yang diingat adalah harapan umur panjang, kekuatan, dan kebahagiaan.
Jika saat makin mendekat, mulai muncul pertanyaan  kunci bagi semua orang : "Siapakah saya untuk dikenang ?"
Jawabnya tak lepas dari harapan para sahabat yang hadir di pemakaman. Predikat orang baik, tiba-tiba disandang.
Hidup ini bak melempar dengan luluhan lumpur. Sasarannya bisa tepat atau meleset, tapi tangan telanjur belepotan karenanya. Siapakah yang sempat membersihkan ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H