Di tepian pantai, merenangi kenang, bertahun silam. Masih terngiang khasanah. Lalu disusuri lagi, barangkali bertemu hikmah.
Dahulu pernah dikepung bimbang. Terombang-ambing membuncahkan gelisah. Sering berdesah, selalu terbayang akan berpisah.
Bimbang itu penyebab limbung. Ujung-ujungnya murung. Galau karut kusut. Berharap "move on" malah terhanyut.
Cinta itu aneh. Herannya kita suka tercebur di situ. Terkadang jernih, tersering keruh.
Bila sedang jernih, ada ikrar untuk tidak saling meninggalkan. Selalu ngomong kesetiaan. Bersama hanyut saling menyentuh. Ingin sekali berjalan jauh.
Bahkan ketika dia telah dihangati oleh pelukan lain pun, masih berpura-pura : "Aku ikut berbahagia".
Diakui atau tidak, cinta itu banyak berpura-pura. Ikhlas pun direkayasa.Â
Kesempatan itu pilihan. Sedangkan nasib merupakan sesuatu yang ingin dicapai. Bukan sekedar kesediaan untuk menunggu saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H