Di dada pantai Banyuwangi, terasa ada getar. Mungkin berasal dari Bali atau Ragajampi. Bunyi musik hati kadang penuh enerji. Tapi lebih mengarah ke melankoli.
Ku balik-balik ampas kopi. Barangkali kenangan lama itu nongol kembali.
Angin membagikan kebahagiaan. Ia ramah menyapa. "Sedang mencari siapa ?"
Aku diam saja. Jawab masih terpendam dangkal di pasir putih. Tepatnya berpindah-pindah ke arah barat.
Angan mirip layang-layang. Bila tidak berjumpa angin,ke kiri dan ke kanan terbang. Tari kecak juga begitu. Mata terbelalak, mencari sesuatu.
Langit khayal mulai berderit. Pintu memori saat di barat terbawa ke timur. Ku telusuri sejak dari Pantai Muncar. Barangkali ada secuil denah yang menyapa ramah.
Berhenti di depan Stasiun Ragajampi. Langkah terhenti. "Apakah ini rumah Eyang Parto ? Wajah ayah merekah, senang berjumpa dengan anaknya.
Terbayangkan dahulu, mereka merantau. Start awal dari Solo. Sungguh tangguh, hingga menepi di sini, jarak yang jauh.
Berjumpa dan berpisah itu sepasang. Kenangan menjadi jembatan. Ayah di sana, aku di sini, melepas kangen di Ragajampi. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H