Mohon tunggu...
Bambang Subroto
Bambang Subroto Mohon Tunggu... Lainnya - Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Pensiunan Badan Usaha Milik Negara, alumni Fakultas Sosial & Politik UGM tahun 1977. Hobi antara lain menulis. Pernah menulis antara lain 2 judul buku, yang diterbitkan oleh kelompok Gramedia : Elexmedia Komputindo. Juga senang menulis puisi Haiku/Senryu di Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berpusing Saling Saing

20 Oktober 2021   22:22 Diperbarui: 20 Oktober 2021   22:41 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bersaing itu boleh-boleh saja. Asal tidak lupa untuk tetap berprestasi. Berprestasi bukanlah menurut diri sendiri atau pendukung fanatiknya. Tapi berazas manfaat untuk semuanya.

Berprestasi itu melihat jejak. Bukan jejak di pasir pantai. Jika tertiup angin hilang tak bersisa. Atau seperti buih. Tak mampu mempertahankan warna putihnya. Siapa pun yang akan terpilih nanti, diharapkan harum aroma reputasinya.

Pertangjawabannya juga jelas. Diuji oleh siapa pun tetap terang benderang. Transparan, terbebas dari gaya-gayaan.

Kriteria berprestasi, bersaing, dan bertanggung jawab itulah sebenarnya mampu menyeleksi calon yang dapat dijadikan idola semua golongan.

Tetapi untuk kasus kandidat pemimpin bangsa, tarik ulurnya bukan lagi prestasi atau reputasi. Mereka mencari tumpangan kendaraan yang berbasis massa.

Bisa jadi, terjadi tarik ulur antara calon yang dicalonkan parpol, dengan calon yang didukung massa. Pertarungan antara pemuja dengan pembenci malah menjadi-jadi.

Perasaan lalu menjadi dominan. Karena bersifat melekat yang dibalut dengan subjektivitas tinggi, maka akan menyentuh kesadaran.

Emosi berkobar menjadi-jadi manakala ada yang mengintervensi. Itu bisa dimaklumi, karena memuja atau membenci itu benar-benar produk emosi.

Tingkat kepekaan indrawi (saat sebagai pemuja atau pembenci) seakan berhenti dari modus substansi berpikir. Sulit rasanya kembali ke titik dasar, sumber dari segala kehendak.

Emosi, sangat mungkin berubah fungsi dari afeksi menjadi sentimen. Afeksi dan sentimen bertolak belakang. 

Jika yang dikembangkan sentimen, maka outputnya bisa jadi ujaran kebencian. Walau sudah ada regulasinya, tiap saat masih bersliweran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun