Justru mengalah, di saat masih luka, perih semata. Api menunggu padam, tak mampu padam, berkobar dendam.
Kau dan aku, sungguh amat berbeda, susah akurnya. Aku ke barat, kamu ke timur, sulit menjadi akur.
Coba tetap bertahan, banting melenting, sulit terkapar. Tapi sudahlah, kali ini menyerah, lalu berpisah.
Sebentar kemudian, aku di sini, kamu di sana. Masing-masing terdiam, habis di kata, lebam di wajah. Menangis seharian, blas tidak malu, karena kamu.
Susah diatur, tapi kok hati hancur, teringat bubur. Lumat dan lembut, dimakan sangat mudah, tinggal dikumur.
Apa seperti itu, jalannya cinta, kita berdua. Duduk bertengkar, jalan bertengkar, lalu saling membongkar.
Aku sedikit senang, tak perlu cemas memikirkanmu. Semoga aku pulih, bisa memilih, agar tak perih.