Mohon tunggu...
Bambang Subroto
Bambang Subroto Mohon Tunggu... Lainnya - Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Pensiunan Badan Usaha Milik Negara, alumni Fakultas Sosial & Politik UGM tahun 1977. Hobi antara lain menulis. Pernah menulis antara lain 2 judul buku, yang diterbitkan oleh kelompok Gramedia : Elexmedia Komputindo. Juga senang menulis puisi Haiku/Senryu di Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Keju Pasti Berbau

15 Oktober 2021   03:30 Diperbarui: 15 Oktober 2021   03:37 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fabel itu mengasyikkan. Kancil Nyolong Timun, Hikayat Kalilah dan Dinmah, Makrifat Burung Sorga, dan Who Moved my Cheese.

Binatang adalah tokoh pelaku. Seakan mampu berpikir, berbicara, dan berbuat seperti manusia. Bahkan berwatak dan berakal budi pula.

Spencer Johnson MD, menceritakan kehidupan masyarakat tikus dalam menghadapi perubahan tatanan kehidupan.

Para tikus suka atau tidak suka harus berbenah dan berubah.

Tikus pengendus, terbiasa bereaksi cepat. Keju akan semakin langka. Kalau suatu saat musnah, musibah itu diubahnya sebagai bibit berkah. Ini momentum, untuk menyesuaikan diri dengan segera.

Tikus pelacak, sangat piawai membuat rancangan tindak lanjut. Plan, do, check, dan action. Bobot perencanaan lebih matang.  Namun selalu terlambat untuk urusan do, check, dan action. Mereka memang perancang.

Tikus pengkuh, ada pula di antara mereka. Mereka tidak percaya musibah. Di benaknya hanya ada berkah. Jika keju dinyatakan akan habis, itu isapan jempol belaka. Krisis hanya buatan atau rekayasa.

Tikus pencari aman, pasif sekali. Ia menunggu peluang untuk kepentingan pribadi. Cuek tak peduli.

Keju yang biasa mereka cari terletak nun jauh di sana. Lorongnya berkelok-kelok, namun aroma bau keju masih bisa jadi petunjuk lokasinya.

Namun demikian bau keju sudah tidak sekuat dulu lagi.

Reaksi terhadap prediksi kelangkaan keju berbeda-beda. Bagi kelompok tikus yang optimistis akan terus mengendus dan melacak.

Bagi tikus pesimis, malah beropini hingga berkesimpulan bahwa ada indikasi salah urus. Kini saatnya untuk diganti.

Di dunia pertikusan itu ada pula yang mengembangkan wacana : "Waspadalah, letak cadangan keju mungkin bergeser semakin jauh". Atau : "Keju jelas-jelas sudah habis". Atau : "Ciumlah aroma keju semakin sering  agar tak hilang kepekaan terhadap indikasi langka". Atau : "Mari kita nikmati petualangan berburu sumber keju baru".

Fabel adalah fiksi. Walau khayalan, tapi jejak ceritanya seperti beneran.

Dalam menghadapi krisis, berbuat atau tidak berbuat sama-sama berisiko.

Menyesal berkepanjangan adalah reaksi negatif. Energi yang dihasilkan negatif pula. Pendirian yang kuat menjadi penting. Terutama menghadapi situasi genting.

Tekad pun penting. "Didhadhungana pedhot, dipalangana mlumpat". Jika tekad makin menguat, tiada kendala yang menghalanginya.

Berani itu sejatinya takut, tetapi memunculkan keberanian untuk melawan dengan gigih ketakutan itu.

Hidup akan membesar atau mengecil, sangat tergantung keberanian kita. Karena di dalam keberanian terdapat kekuatan dan keajaiban.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun