Kegairahan pun meningkat. Hidup menjadi semakin penuh harkat.
Kedudukan masa lalu, bisa jadi terlalu memanjakan pekerjaan tinimbang hobi. Memang terasa lebih nyaman, tapi memenjarakan.
Meninggalkan zona nyaman, rasanya seperti ketemu akhir pekan. Mencari kesibukan yang nilainya setara dengan bekerja, sungguh susah nian. Nanti kalau tiba saatnya akan pensiun, persepsi berakhir pekan akan lebih terasakan. Diberi kebebasan, tapi malah bingung mencari hal-hal yang menyenangkan.
Transformasi yang bermuatan citra diri yang asli sungguh menantang. Tidak semua kerutinan itu membahagiakan, karena akan cepat bosan. Tiadanya tantangan yang menggairahkan, semangat hidup akan tergerus pelan-pelan. Apalagi kalau tifak biasa berandragogi, belajar dari alam terkembang.
Hobi masih dianggap selingan. Jarang yang sadar bahwa dengan menekuninya akan mendapatkan imbalan berupa keuntungan mental. Mendayagunakan waktu  agar hidup tetap berkembang sebenarnya sangat bermutu.
Hobi memiliki persyaratan agar terjaga kemurniannya. Jika ditekuni, selalu tersedia celah agar berdaya guna dan berhasil guna.Â
Nanti akan bertemu dengan berbagai jalan yang mengasyikan. Bukan karena disuruh orang, tetapi benar-benar didorong oleh gairah pribadi yang menyenangkan.
Seperti sungai, aliran air kehidupan sering tersumbat oleh rutinitas yang melelahkan. Walhasil, mengais situasi yang masih dimungkinkan mengalir, susahnya bukan main.
Pengalaman yang mengalir itulah yang memunculkan gairah. Seandainya hidup ini mampet tak ada aliran lagi, analoginya seperti got yang jadi sarang penyakit yang beraneka ragam.
Menjaga agar hidup masih memiliki aliran yang jernih, merupakan tantangan yang tiada habis.
Hidup di zona nyaman, tentu tidak bebas dari kebosanan. Apalagi kalau perilaku "glundhung semprong" masih menguntit. Menghadapi akhir minggu sakit, mau pensiun pun sakit. Percayalah, menekuni hobi pribadi yang mengalir itu lebih bergengsi.