Mohon tunggu...
Bambang Subroto
Bambang Subroto Mohon Tunggu... Lainnya - Menikah, dengan 2 anak, dan 5 cucu

Pensiunan Badan Usaha Milik Negara, alumni Fakultas Sosial & Politik UGM tahun 1977. Hobi antara lain menulis. Pernah menulis antara lain 2 judul buku, yang diterbitkan oleh kelompok Gramedia : Elexmedia Komputindo. Juga senang menulis puisi Haiku/Senryu di Instagram.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Menghilirkan Cinta yang Mengalir

28 Agustus 2021   02:59 Diperbarui: 28 Agustus 2021   03:01 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mencintai dalam durasi waktu lama adalah tantangan sulit. Setiap membuka pintu untuknya, selalu ada suara derit, lalu menutup lagi. Benarkah cinta yang terlalu menggebu-gebu itu malah akan menghilangkan inti rasa yang lebih bermutu ?

Sifat manusia sebenarnya berpegang pada prinsip hakiki. Siapa pun ia, berpeluang untuk meneguk nikmat cinta sejati.

Faedah dan hikmah selalu berjalan beriringan. Bertafakur meraih jenjang luhur. Mudah mewujudkan petunjuk bijak. Hidup dipenuhi rasa berpunya yang selalu mengada.

Keinginan berkecukupan itu tak ada habis-habisnya. Selalu berkontribusi dalam mengatasi mutu hubungan yang kadang-kadang getas.

Air kehidupan yang jernih cemerlang, melintasi jalan panjang. Bersumber dari hulu yang ikhlas. 

Bersama hangat mentari, ia bergegas menempuh perjalanan jauh ke laut bebas. Kehendaknya adil tak pilih kasih. Setia memenuhi kebutuhan yang bukan hanya sesaat namun tidak membekas.

Menghilirkan cinta yang mengalir, mesti paham terhadap kadar kemurnian hulunya. Air yang keruh biasanya mudah tergiur pada gegap gemerlap riuh. Jangan sampai perjalanan kita melenceng ke sana.

Sepercik bunga api mampu menjadi penyebab malapetaka cinta. Peringatan dini ini lebih baik diperhatikan, tinimbang rasa penyesalan yang berkepanjangan.

Nafas, harta, nyawa, dan cinta adalah milikNya. Kemelekatan terhadap nafsu yang terlalu, justru akan meninggalkan titik noda.

Mari kita berjalan seiring, sambil menikmati rasa sederhana. Dalam perjalanan ke hilir yang panjang, namun penuh dengan kesukacitaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun