Mencari jejak kenangan masa lalu, bisa ditelusuri melalui kuliner. Misalnya tentang Sapitan Pekajangan, khas Pekalongan.
Kajang, dahulu merupakan perangkat atap rumah. Bahannya dari daun pohon gebang atau nipah.
Pekajangan merupakan sebutan untuk kawasan yang difungsikan untuk tempat istirahat, atau tempat menginap, atau tempat yang menenteramkan hati.
Pekalongan, punya kawasan Pekajangan. Jejak historisnya tentu ada. Tetapi untuk gambaran masa lalu, kemungkinan asal usul nama kuliner khas di situ pernah bersinggungan dengan kajang dan pekajangan.
"Sapitan Pekajangan"atau Sapitan berbahan daging sapi. Bukan hasil laut sebagaimana menu kuliner pesisiran.
Daging termaksud dipotong tipis mengikuti serat. Lalu direbus, digepuk, hingga dagingnya menjadi lebih empuk lunak. Rempahnya komplit. Malah lengkap dengan santan segala.
Daging yang sudah terolah empuk tersebut lalu dijepit atau disapit dengan bilah bambu. Mereka menyebut sebagai sapitan.
Ujung sapitan, biasanya ditutup dengan batang daun pepaya. Mungkin ini sekaligus sebagai siasat agar dagingnya semakin empuk saja. Apalagi ketika diolesi dengan kuah santan, rasa gurihnya makin menjadi-jadi.
Dengan gambaran tersebut, dahulu para penginap di situ akan semakin terkesan dan krasan singgah sejenak. Apalagi bagi mereka yang berstatus sebagai prajurit Mataram. Mereka sedang menginap dalam perjalanan menuju ke Batavia atau pulang ke Mataram. Mungkin karena Pekalongan dan Mataram kala itu pernah menjadi wilayah satu, sekitar tahun 1700an.
Sapitan Pekajangan membangkitkan kenangan bermakna, sekaligus kelezatan tiada tara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H