Keberhasilan membangun masyarakat agraris antara lain tercapainya keadaan gemah ripah loh jinawi. Gemah, berputarnya roda perekonomian dengan indikator perputaran uang beredar. Ripah, memiliki daya pikat lebih untuk berkegiatan produktif. Loh, dikelola dengan hati dijauhkan dari praktik korupsi. Jinawi, harga kebutuhan pokok yang terkendali.
Ketika masyarakat agraris bergeser pelan-pelan, gambaran kuna tersebut di atas masih tetap berlaku. Masyarakat adil makmur, tak akan selesai diperjuangkan berabad-abad.
Misalnya tentang bertambah maraknya kejahatan. Jika dilakukan dengan cara canggih, maka para penjahat krah putih akan lebih banyak mengambil peran. Jumlah kerugiannya pun makin tidak berbatas
Isu kemakmuran dan keadilan tak akan habis untuk digoreng. Aromanya sedap-sedap tegang. Terutama para politisi yang tak henti-henti berjualan konsep ideal gemah ripah loh jinawi itu.
Tidak banyak yang menyediakan waktu untuk mengaudit janji. Dan mungkin tidak perlu, karena  ini bukanlah visi. "Ngurut dawaning tampar", menelusur kebenaran janji itu ibarat mengikuti panjangnya tali.
Janji kadang tidak untuk ditepati. Ia lebih indah dirangkai menjadi untaian kata yang bisa diucapkan berulang-ulang tanpa beban.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H