Paling asyik itu jika berkesempatan membicarakan orang lain. Selalu menarik perhatian, tiada kata bosan. Apalagi jika pintar meramu, orang akan bersedia mendengarkan tak jemu-jemu.
Saya membayangkan, Adam dan Hawa hidupnya lebih tenteram. Begitulah kalau dunia hanya milik berdua, orang lain belum ikut-ikutan berbicara. Perang dingin menjauh, mereka tetap rukun tidak bersimbah keluh.
Bergosip memang asyik. Apalagi jika tercampur dengan ambisi politik. Bergunjing, menciptakan desas-desus. Karena terlalu ambisius, kerjaannya menyudutkan pesaing ke sudut ring. Kalau berhasil, dipukuli beramai-ramai hingga pusing.
Jika topiknya menarik, masa penggorengannya semakin lama. Misal : tentang pencalonan presiden. Diperlukan berbagai gosip untuk menjajagi elektabilitas seseorang. Bila ternyata belum terangkat, disiapkan lagi berbagai kiat. Masih terbuka kemungkinan untuk terus menabung, agar menang jika disabung.
Praktisi gosip selalu siap dengan agenda tersembunyi atau agenda untuk framing. Framing memerlukan dinamika. Jika luput, masih ada alternatif lain yang siap dicoba. "Kalah cacak, menang cacak", beranilah mencoba. Daripada hanya diam, mending berusaha dengan berbagai cara. Siapa tahu peluangnya malah semakin terbuka.
.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H