Mengenang keindahan rasa ke masa lalu, senangnya bukan kepalang. Walau penuh rintangan, tetap saja orang tertarik untuk pulang. Apalagi kalau di dalam benak sudah ada thema : "Napak tilas, menelusuri bekas-bekas".
Jika klangenan itu dimaksudkan milik raja, maka itu berarti sang paduka sedang mencari selir. Klangenan atau selir raja biasanya banyak. Beberapa disunting ketika sedang berburu ke hutan. Mungkin ini modus untuk melawan kebosanan.
Tetapi kalau di luar perseliran raja, klangenan adalah kenangan spesifik yang sulit digantikan.
Hubungan emosional anak dengan ibu misalnya, sering terpanggil karena memori berlebaran. Orang tua sangat paham terhadap klangenan anak. Begitu juga anak terhadap orang tuanya.Â
Jika sedang berlebaran, saya rindu masakan ibu. Ibu tahu itu. Tempe garit dan tempe benguk. Pecel kudhup turi, kecambah kemlandhingan, bayem,mbayung, kacang panjang. Cabuk wijen bungkus daun pisang, sambel goreng kulit mlinjo berwarna merah, sayur kacang tholo. Dan tak ketinggalan nasi liwet berintip, dengan lauk blondho. Minumnya cao.
Semua itu sangat khas alias distingtif. Istimewa, spesial, dan spesifik. Pantas saja antusiasme untuk pulang tetap tinggi, antara lain ya karena kangen klangenan itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H