Mohon tunggu...
Bambang Setijoso
Bambang Setijoso Mohon Tunggu... Electromagnetics / Senior Electrical Engineer Specialist -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Abdul Somad dan Sikap Kenegarawanan

6 Oktober 2018   09:55 Diperbarui: 6 Oktober 2018   10:08 753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bismillaahir-rohmaanir-rohiim

Mungkinkah pak Abdul Somad menjadi ustadz yang mempunyai sikap kenegarawanan, yang peduli pada soal2 riil yang berkembang dimasyarakat dan menawarkan suatu solusi sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad saw. Ini inti pembicaraan artikel dibawah ini.

 

Pendahuluan

Kita pernah punya ulama besar kondang sejagad Nusantara nama dan gelarnya adalah Prof Dr H Abdul Malik Amrullah (HAMKA). Kemudian kita juga pernah punya dai kondang K.H Zainudin MZ yang terkenal dengan sebutan "Dai Sejuta Umat". Kini kita punya ustad yang tidak hanya kondang sebatas jagad Nusantara tetapi sudah sampai ke luar negeri khususnya dikalangan muslim Indonesia, yaitu Ustad Abdul Somad Lc Ma (UAS). Boleh jadi UAS bisa disebut sebagai "Ustad Berpuluh Juta Umat". Tentu disamping ketiga nama besar tersebut kita masih punya banyak nama2 besar pemuka agama, ulama, kyai, dai, ustad dlsb.

Apa yang kita lihat sama pada ketiga nama tersebut adalah kemampuannya untuk membawakan materi tausiyah sehingga mudah dicerna segala lapisan masyarakat, baik itu pelajar, mahasiswa, ibu rumah tangga, para profesional sampai dengan para pejabat negara.

UAS agak berbeda, karena disamping materinya mudah dicerna, tausiyahnya bilamana perlu dibekali dengan rujukan yang akurat dan kuat yang bersumber pada Al Quran dan Hadhist. Ini membuat umat sanagt confident dengan apa yang disampaikannya, dan bukan semata2 berdasar pada tafsir pribadi. Disamping itu UAS piawai dalam memberikan jawaban atas berbagai pertanyaan yang muncul dari umatnya secara instant dan disertai dengan menggunakan referensi yang kuat pula bersumber Al Quran & hadhist.

 Inilah yang tampaknya memacu popularitasnya meningkat secara cepat dan kemudian menjalar skala naional melalui jejaring medsos. Bagi umat yang serius mempelajari agama, UAS menjawabnya dengan menghadirkan tausiyah tematik, yang berbobot, mendalam, in depth, berdurasi minimum satu jam. Jumlahnya sudah tak terhitung di youtube. Semua ini telah telah menaikkan ratingnya sebagai ustad nasional. Disamping itu tampaknya telah mengubah standard minimal background knowledge untuk seseorang bisa menjadi ustad di Indonesia.

Meskipun begitu, UAS tampaknya belum banyak mengisi materi tausiyahnya dengan hal2 yang berkenaan dengan urusan kenegaraan, urusan politik maupun urusan yang sedang menjadi pembicaraan umum / viral dikalangan masyarakat umum, maupun umat Islam khususnya. Padahal dalam konteks politik, misalnya, UAS berulangkali menyatakan tidak bisa dipisahkan antara agama dan politik. Islam adalah way of life  begitu ujarnya. 

Disini telihat seperti ada paradoksial. Disatu sisi diakui bahwa way of life itu berarti menyangkut segala segi kehidupan manusia, akan tetapi disisi lain seakan kosong akan panduan, atau tuntunan mengenai masalah2 riil yang berkembang dimasyarakat, menyangkut ekonomi, sosial, politik.

Kurangnya materi tausiyah dari hal2 yang sedang menjadi pembicaraan umum sebenarnya bukan hanya ada pada UAS, beberapa ulama berlaku demikian pula. Isi materi bisa luar biasa bagus dilihat dari sisi agama tetapi seolah steril dari urusan kenegaraan, urusan ekonomi, urusan sosial dan politik. Mungkin semua ini disebabkan oleh kepadatan program skedul, sehingga tidak cukup waktu untuk mendapatkan masukan atas problem2 sosial, mendalaminya dan kemudian membawanya ke panggung syiar. Kalau kita bandingkan dengan Gus Dur misalnya, sepertinya lebih punya waktu untuk membawa pernik2 kehidupan kepanggung syiar. Yah memang beda, yang terakhir ini sejak muda sudah banyak membuat artikel berbobot dan juga berorasi.

Dalam hal yang berhubungan dengan dunia politik adakah kegamangan pada sosok UAS. Gamang takut terjebak dalam salah satu pandangan politik sebuah kubu dan karenanya khawatir akan bisa dijauhi oleh umat dari kubu yang lain.

Ketika UAS menceritakan sejarah Nabi Muhammad saw, ia bisa sedemikian rinci menceritakan urusan perang maupun urusan politik. Kenapa contoh2 kongkrit dari jaman Nabi Muhammad saw seolah tidak bisa ditransformasikan kepada soal2 aktual masa kini, kejaman milenial. Barangkali harus dicari rumus tranformasinya sehingga setiap persoalan bisa dibawa back and forth dari jaman baheula ke jaman milenial dan sebaliknya.  

Tausyiah Tematik Masalah2 Riil

Saya kira disaat2 kinilah waktunya bagi UAS untuk merubah arah dan memperkaya tausiyah untuk tidak berkutat pada masalah agama secara steril tetapi memberi bobot dengan membawakan masalah2 aktual dalam masyarakat dan memberikan panduan untuk bersikap sesuai tuntunan Nabi Muhammad saw. UAS tak perlu gamang bicara masalah kenegarawanan. Kecerdasannya, kedekatannya dengan para ulama2 besar, para politisi, dukungan tim dan kemajuan teknologi mestinya bisa membantunya dengan mudah.

Sebagai contoh isu yang paling mendebarkan saat ini adalah pelemahan rupiah. Satu US dollar ke Rupiah sudah mencapai 15400. Bukan tidak mungkin dalam waktu dekat tembus Rp 16000. Tadi malam tim ekonomi Prabowo membahas situasi ekonomi (Detiknews Jumat 05 Oktober 2018, 21:53 WIB). Bahkan tim ini siap memberi masukan kepada pemerintah untuk memperbaiki keadaan ekonomi yang disebutnya tengah mengkhawatirkan. Suatu tawaran yang non conditional term, artinya bermanfaat bagi siapapun presidennya nanti di th 2019.

Sebaiknya pak Jokowi mengapresiasi niat baik pak Prabowo dan timnya itu. Beliau toh bisa memasukkan tim Prabowo kedalam tim ekonominya untuk sementara waktu saja, sampai Rupiah atau ekonomi membaik.

Hal semacam ini jarang terjadi. Sekaranglah momentumnya buat pak UAS untuk proaktip menunjukkan bahwa ustadz tidak harus selalu berada dipinggir jalan. Ia bisa menggalang opini publik, opini umat agar ikut mendukung menciptakan suasana kondusip, konstruktip. Semuanya semata mata untuk kebaikan ekonomi NKRI. Bagi UAS approach ini tidak berisiko karena bersifat netral, tidak memihak kubu pak Prabowo tidak juga kubu petahana pak Jokowi. Sinergi ekonom2 terbaik dari tim pak Jokowi dan tim pak Probowo, semoga membuahkan synthesa solusi terbaik. Wacana semacam ini kiranya perlu diangkat ke level nasional oleh UAS.

Tentu masalah kita tidak hanya ekonomi, masih banyak masalah2 fundamental lainnya. Tetapi marilah mulai dengan yang satu ini dulu, yang paling urgen, masalah2 lainnya bisa menyusul kemudian jika tawaran pak Probowo bisa direalisasikan dengan baik.

Untuk fair game, dan untuk meningkatkan efektifitas tentulah tim ekonomi pak Prabowo perlu diijinkan untuk bekerjasama dalam tim ekonomi pak Jokowi dalam suatu mutual relationship. Dengan demikian kedua belah pihak bisa bekerja sama dengan menggunakan data yang sama untuk memperoleh synthesa yang optimum.

Sebagai ustadz tentu kita tidak berharap UAS untuk menjadi ahli dalam segala hal. Profesi dalam berbagai bidang tetap milik para professional. Akan tetapi umat perlu disuguhi asupan yang relevan dengan masalah umat masa kini dan tidak semata2 dibatasi hal2 yang berkenaan dengan agama saja. Kita akan bersyukur jika UAS beserta ulama2 dapat menemukan problem masa kini yang bisa dicarikan padanannya dengan problem masa lalu dan dari situ disampaikan pendekatan Islami. Bukankah tuntunan Nabi Muhammad saw tidak luntur oleh waktu. Kini, dijaman ghirah Islam, sudah waktunya para intelektual Islam ikut memberi sumbang pikiran bersama tim Prabowo dan tim Jokowi.

 

Pemilu Pilih No 1 Atau No 2

Bagaiamana dengan soal gaduh politik antara pilih kubu petahana atau oposan.

Jika usulan pak Prabowo diatas diterima pak Jokowi, itu bisa merupakan embrio lahirnya sikon dimana umat tidak lagi perlu risau atas siapa kelak yang akan jadi presiden di th 2019.

Pertama-tama, setidak tidaknya diharapkan akan ada kesepakatan tentang VISI, MISI dan Program sebagai turunan dan kelanjutan dari RPJP 2005-2025 pak SBY dengan update sesuai sikon. Katakanlah itu semacam GBHN format mini, yang harus menjadi panduan bagi capres manapun, bukankah siapapun yang menang mereka harus mengutamakan kepentingan negara dan bangsa diatas kepentingan kubu. Dengan kata lain kedua belah pihak secara bersama sama harus mampu mengidentifikasi dan menginventarisir masalah2 kebangsaan dan kenegaraan dan kemudian merangkum gagasan2, ide2 dan wacana untuk melahirkan VISI, MISI, dan Program yang up to date.

Dari titik ini, seharusnya Visi, Misi dan Program Utama kedepan tidak akan lagi menjadi perdebatan pemilu kecuali pada level2 detil implementasi.

Yang tertinggal kini hanyalah bagaimana mengubah politik win lose gaya barat, menjadi politik win win gaya timur, ala Indonesia.

Mungkinkah itu akan bisa terjadi. Kalau melihat sejarah kedekatan antara pak Jokowi dan pak Prabowo di masa lalu, tentu jawabnya mungkin. Dalam pikiran penulis, detil2nya itu ada dan dimungkinkan sekali. Akan tetapi beliau berdualah yang paling pas untuk memberikan jawaban. Ini adalah peluang untuk membuat pemilu yang lebih segar, jauh dari gaduh dan lebih berisi. Hanya soal good will saja dari masing2 kubu. Kita doakan insha Allah ada solusi win win, solusi damai.

Dalam konteks pemilu, UAS bisa menggiring opini bagi terciptanya solusi win win.

Penutup

UAS adalah aset Bangsa. Kehadirannya bisa lebih dioptimumkan untuk menjadi barokah Bangsa tidak hanya untuk masalah2 yang murni bekaitan dengan agama tetapi juga yang berkaitan dengan masalah kebangsaan maupun kenegaraan. Kedepan semoga tausiyahnya akan disusupi muatan2 masalah kebangsaan dan kenegaraan dan semoga bisa menyumbangkan pikiran bagi ditemukannya solusi yang Islami.

UAS diharap tidak gamang lagi untuk membawa topik berwacana baru tersebut kedalam tausiyahnya. Dengan mengakomodir sisi2 positip dari kedua kubu, UAS bisa selalu berada ditengah, dijalan yang lurus yang adil dan demi kemakmuran rakyat NKRI seluruhnya.

Wassalam

Bambang Setijoso

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun