Kinerja Operasional
Ada yang menarik dari laporan KU GI 2017, yaitu dari Tabel Operasional dan Tabel Pegawai pada bagian Kinerja  Operasional dan Pengembangan Pegawai.
Terlihat jumlah armada meningkat dari sejumlah 140 di th 2014 menjadi 202 di th 2017. Sementara jumlah Pilot malah menurun dari 1511 ke 1289 dan Cabin Crew dari 3427 ke 3253.Â
Dilihat dari aspek rasio armada per jumlah Pilot atau per jumlah Cabin Crew, atau FOO maupun Ground Staff, semuanya naik. Artinya Direksi GI telah berhasil mengefisiensikan pegawai. Maka patut dihargai bahwa Direksi GI masih dapat mejaga kenaikan pendapatan terus menerus dengan beban kerja dipundak masing2 pegawai makin besar.
Disisi lain perlu diperhatikan beban kerja ini masih tergolong wajar atau sudah mendekati ambang kritis. Pertanyaannya adalah mungkinkah penurunan jumlah Pilot dengan jumlah armada yang semakin membengkak telah membuat konsentrasi untuk mengendalikan pesawat dengan tingkat efisiensi tertinggi menjadi menurun.Â
Faktor rasio jumlah armada dengan jumlah Pilot, beserta "applicable rating", kelelahan bisa ditilik lebh jauh. Jika ada datanya, akan menarik untuk melihat rata2 penggunaan bahan bakar pada periode jumlah armada masih sekitar 140 dan sekitar 200, untuk masing2 jalur dan jenis, serta model pesawat yang digunakan. Perbandingan antara jumlah armada per jumlah Pilot memang barangkali tidak bisa digebyah uyah secara rata2, tetapi dilihat untuk masing2 jenis pesawat dan rating Pilot tersedia. "Number of Pilot Crew per Aircraft" tampaknya memang tidak bisa di gebyah uyah, pukul rata.
Kita katakan diatas tadi bahwa dengan harga avtur yang tinggi di tahun 2012/2013 toh GI masih untung. Padahal disebutkan dalam laporan keuangan masalah harga BBM ini bisa mencapai diatas 30% biaya operasi (faktor terbesar). Maka segala upaya "fine tune" pemakaian avtur akan punya arti. Lebih2 margin pesawat hanya berada pada orde satu digit saja.
Dilihat dari rasio peningkatan jumlah (armada, penumpang, pendapatan dll.) dibandingkan dengan jumlah pegawai yang lebih sedikit, kompleksitas bisnis Airline, aspek bisnis versus operasional peswat, Â maka penambahan Direksi boleh jadi untuk mengoptimalkan masing2 bagian. Belum serta merta dikatakan telah terjadi pembengkakan.
Low Cost Carrier (LCC)Â
Dari laporan KU 2017, tingkat kerterisian pesawat LCC dari Citilink tampak lebih bagus dari GI Main Brand berturuturut selama kurun 2013 -2017. Boleh jadi maraknya pariwisata, harga tiket yang relatip murah dan tiadanya kendaraan lain selain pesawat terbang yang bisa membuat penumpang melakukan efiseinsi waktu, telah mendongkrak kinerja keterisian LCC lebih baik daripada GI. Maka layaklah untuk diberi bobot perhatian dengan lebih membuka jalur2 baru domestik yang kaya akan destinasi pariwisata dan dengan menambah armada yang lebih "fuel eficient".
Pesawat Baru