Mohon tunggu...
bambang riyadi
bambang riyadi Mohon Tunggu... Auditor - Praktisi ISO Management Sistem dan Compliance

Disclaimer: Informasi dalam artikel ini hanya untuk tujuan umum. Kami tidak bertanggung jawab atas tindakan yang diambil berdasarkan informasi ini. Konsultasikan dengan profesional sebelum membuat keputusan. Kami tidak bertanggung jawab atas kerugian yang timbul dari penggunaan informasi ini. Artikel lainnya bisa dilihat pada : www.effiqiso.com

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Masa Orientasi Sekolah, Perlukah Mempertahankan Tradisi Kekerasan?

1 November 2024   11:39 Diperbarui: 1 November 2024   13:50 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan memahami perspektif hukum dan etika ini, sekolah dapat lebih baik dalam merancang dan menerapkan kebijakan yang mendukung lingkungan belajar yang positif dan aman bagi semua siswa

Bagian 4: Solusi dan Rekomendasi

Pendekatan Alternatif: 

Metode disiplin yang lebih positif dapat menggantikan penghukuman yang bersifat fisik atau verbal. Beberapa pendekatan yang bisa diterapkan antara lain:

  • Konseling: Melibatkan konselor sekolah untuk membantu siswa memahami kesalahan mereka dan mencari solusi bersama. Konseling dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan sosial dan emosional yang lebih baik.

  • Mediasi: Proses mediasi melibatkan pihak ketiga yang netral untuk membantu menyelesaikan konflik antara kakak kelas dan adik kelas. Mediasi dapat membantu kedua belah pihak memahami perspektif masing-masing dan mencapai kesepakatan yang adil.

  • Pendekatan Restoratif: Pendekatan ini fokus pada pemulihan hubungan yang rusak akibat tindakan penghukuman. Siswa yang melakukan kesalahan diajak untuk bertanggung jawab dan memperbaiki kerugian yang telah mereka sebabkan. Ini bisa melibatkan permintaan maaf, kerja sosial, atau kegiatan lain yang bermanfaat bagi komunitas sekolah.

Peran Guru dan Orang Tua:

Guru dan orang tua memiliki peran penting dalam mencegah penghukuman yang berlebihan. Beberapa langkah yang bisa diambil antara lain:

  • Dukungan Emosional: Guru dan orang tua harus memberikan dukungan emosional kepada siswa, membantu mereka merasa aman dan dihargai. Ini bisa dilakukan melalui komunikasi yang terbuka dan empati.

  • Bimbingan Positif: Memberikan bimbingan yang positif dan konstruktif kepada siswa tentang cara berperilaku yang baik. Ini bisa melibatkan pengajaran tentang nilai-nilai seperti rasa hormat, tanggung jawab, dan kerjasama.

  • Pengawasan Aktif: Guru dan orang tua harus aktif mengawasi interaksi antara kakak kelas dan adik kelas untuk mencegah terjadinya penghukuman yang tidak pantas. Mereka juga harus siap untuk campur tangan jika melihat tanda-tanda kekerasan atau intimidasi.

Kebijakan Sekolah:

Sekolah perlu menerapkan kebijakan yang jelas dan tegas terhadap penghukuman, serta menyediakan pelatihan bagi guru dan siswa tentang cara-cara mendisiplinkan yang positif. Beberapa langkah yang bisa diambil antara lain:

  • Kebijakan Anti-Kekerasan: Sekolah harus memiliki kebijakan yang jelas melarang segala bentuk kekerasan dan penghukuman yang tidak mendidik. Kebijakan ini harus disosialisasikan kepada seluruh warga sekolah.

  • Pelatihan Guru: Guru perlu mendapatkan pelatihan tentang metode disiplin yang positif dan cara menangani konflik di antara siswa. Pelatihan ini bisa mencakup teknik konseling, mediasi, dan pendekatan restoratif.

  • Program Pendidikan Karakter: Sekolah bisa mengembangkan program pendidikan karakter yang mengajarkan nilai-nilai positif kepada siswa. Program ini bisa melibatkan kegiatan ekstrakurikuler, proyek sosial, dan diskusi kelompok.

Dengan menerapkan solusi dan rekomendasi ini, diharapkan lingkungan sekolah menjadi lebih aman dan kondusif bagi semua siswa, serta mengurangi praktik penghukuman yang berlebihan

Kesimpulan

Penghukuman kakak kelas terhadap adik kelas adalah masalah serius yang memerlukan perhatian khusus. Dampak negatifnya terhadap psikologis dan sosial siswa sangat signifikan, dan oleh karena itu, perlu ada upaya bersama dari sekolah, guru, orang tua, dan siswa untuk mengatasi masalah ini. Dengan pendekatan yang lebih positif dan mendukung, kita dapat menciptakan lingkungan sekolah yang lebih aman dan kondusif bagi semua siswa.

Daftar Pustaka

  1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). (Indonesia).
  2. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata). (Indonesia).
  3. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 18 Tahun 2016 tentang Pengenalan Lingkungan Sekolah Bagi Siswa Baru. (Indonesia).
  4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. (Indonesia).
  5. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. (Indonesia).
  6. Soesilo, R. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal. (Indonesia).
  7. Putusan Pengadilan Negeri Boyolali Nomor 129/PID.Sus/2013/PN.Bi. (Indonesia).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun