Hari minggu kemarin, saya tidak sengaja menyambangi Taman Suropati yang berada di jalan Pangeran Diponegoro daerah Menteng Jakarta Pusat. Kebetulan Taman Suropati ini saya lewati dalam rangka acara Napak Tilas Kemerdekaan bersama teman-teman lainnya. Jujur, saya sering lewat Taman Suropati ini saat naik motor.
Dari kejauhan, taman terbuka hijau ini sudah memanjakan mata saya dengan pepohonan  yang hijau dan rindang. Di depan ada nama Taman Suropati yang diambil dari nama Pahlawan Untung Suropati. Tapi saya sedikit heran, kenapa namanya bukan Taman Diponegoro, ya? Pertama letaknya di jalan Pangeran Diponegoro. Apalagi di depan ada patung Pangeran Diponegoro yang sedang menunggangi kuda.
Sejuknya Taman Suropati
Taman Suropati ini awalnya bernama Burgeneester Bisschopplein yang diambil dari nama wali kota Batavia pertama, yaitu G.J Bisshop yang menjabat dari tahun 1916-1920. Â Taman in berada tepat di antara pertemuuan tiga jalan utama ytiu Menteng Boulevard (sekarang jalan Teuku Umar, Orange Boulevard (sekarang Jalan Diponegoro) dan Nassau Boulevard (sekarang jalan Imam Bonjol). Taman Suropati ini disebut-sebut sebagai titik nol Republik Indonesia.Â
Inilah yang membuat letak Taman Suropati sangat strategis. Pengunjung bisa naik Transjakarta. Apalagi halte, berapa persis di depan Taman Suropati. Kalau mau naik KRL, bisa turun di stasiun Cikini. Kalau naik motor, bisa parkir di masjid Sunda Kelapa atau Taman Menteng, karena parkir di sana hanya sampai pukul 9 pagi.Â
Tanpa berlama-lama, saya pun langsung melangkah memasuki area Taman Suropati yang buka setiap hari pukul 08.00-16.00 WIB. Semilir angin langsung menerpa wajah saya. Sejuk sekali. Sangat cocok untuk 'mengademkan diri' dari  panas teriknya kota Jakarta. Apalagi saat saya berada di sana, waktu sudah melewati pukul 11 siang.
Saya mulai melangkah menyusuri Taman Suropati yang dahulu luas lahannya 3 hektar, namun sekarang hanya tersisa 13. 584 meter persegi. Uniknya, taman ini tidak mempunyai sudut, karena bentuknya yang bulat. Saya lalu asyik mengamati monumen-monumen ASEAN yang sangat memikat yang dibuat oleh 6 seniman dari 6 negara ASEAN. Menurut info, monumen-monumen ini tadinya akan disebar peletakannya. Namun kemudian disatukan di Taman Suropati.
Fasilitas Lengkap
Usai menikmati karya seni yang memikat, saya pun duduk sejenak. Kembali semilir angin menerpa wajah dan tubuh saya. Duh, jagi ingin tidur hehehe. Apalagi jam-jam siang seperti ini.
Sambil bersantai, saya memerhatikan beberapa pengunjung yang berada di Taman Suropati. Ada yang berolahraga bersama, ada juga keluarga kecil yang sedang menikmati waktu bersama. Kebetulan saya datangnya di hari sabtu.
Saat saya mengecek hape saya yang kebetulan tidak memiliki kuota, eh.. ternyata wifi Taman Suropati langsung konek. Saya lalu membayangkan, asyik juga kalau menulis di Taman Suropati. Jadi alternatif tempat menulis  yang menyenangkan.
Salah satu poin penting Taman Suropati ini adalah adanya Musala Babah Alun. Musala yang dominan denga cat hijau kuning ini, jelas sangat membantu saat orang hendak salat. Jadi tidak perlu keluar dari area Taman Suropati.
Sayangnya, saya tidak bisa berlama-lama di Taman Suropati. Namun saya ingin datang lagi ke taman yang sejuk ini. Apalagi katanya sering digelar kegiatan kesenian juga di taman ini. Bisa menambah pengetahuan saya juga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H