Mohon tunggu...
Bambang Irwanto Soeripto
Bambang Irwanto Soeripto Mohon Tunggu... Penulis freelance - Penulis cerita anak, blogger, suka jalan-jalan, suka wisata kuliner, berbagi cerita dan ceria

Bercerita yang ringan-ringan saja, dan semoga membawa manfaat.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Saya dan Mas Penjual Ayam... End

3 Agustus 2024   09:58 Diperbarui: 3 Agustus 2024   10:04 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejatinya, orang berjualan itu ingin membeli datang membeli dagangannya. Semakin banyak pembali, maka penjual semakin senang. Dagangan banyak terjual, uang ngumpul, bisa segera naik haji hehehe.

jadi kalau ada penjual yang kurang senang kalau pembeli sudah datang, menurut saya agak aneh. Pembeli datang karena ingin memberi rezeki. Apalagi menurut orang tua dulu, rezeki pertama itu justru bagus karena sebagai pembuka rezeki-rezeki berikutnya.

Makanya sebaiknya, penjual tidak mengatur pembeli. Haru datang jam sekian-sekian, saat penjual sudah siap. Apalagi pintu toko atau tempat berjualan sudah dibuka. Artinya sudah siap menerima pembeli. selain itu, pembeli pasti punya alasan khusus datang membeli pagi-pagi. Misalnya sekalian jalan, ada urusan lain, atau harus segera mempersiapkan sarapan.

Kalaupun belum siap, tetaplah terus ramah. karena pepatah, Pembeli adalah Raja, memang masih terus berlaku. pembeli datang memberi rezeki, maka harus dilayani dengan baik. Kalau pembeli nyaman dan senang, maka dia akan datang lagi.

Penjual yang Harus Mengatur Waktunya

Bukan pembeli yang mengubah waktu membelinya, tapi penjual yang ahrus mengubah waktu menjualnya. Misalnya, sudah tahu pembeli sudah datang jam 6 pagi, maka persiapkan waktu jualan lebih cepat. Bangun lebih cepat dan pergi ke pasar atau pelelangan ikan. Nanti akan cepat sampai di tempat jualan. Saat pembeli datang, penjual sudah siap jualan. Bukan pembeli yang disalahkan kok datangnya kepagian.. hahaha. Nanti pembali malah kabur.

Tapi memang sih, selama belanja ayam potong dan ikan di banyak tempat, baru dia yang begitu. karena mungkin di lokasi itu, hanya dia yang menjual ayam dan ikan. Coba di pasar, ngomong begitu, pembeli langsung pindah ke penjual lain hehehe

Saya dan Penjual Ayam.. End

Saya orangnya paling tidak suka mengalami kejadian berulang kali. Karena sudah 2 kali mengalami, maka saya tidak ingin mengalami yang ketiga kali. maka saya memutuskan tidak pembeli ayam, ikan, dan lainya di Mas itu. Saya dan dia sudah end hahaha. Saya pu mencari penjual lain. Dan Alhamdulillah langsung dapat. Penjualnya ramah, ikan dan ayamnya juga segar. Harganya pun standar.

Sebagai pembeli, saya mempunyai hak penuh. bebas mau membeli saya dan ikan di mana saja. Apalagi tidak utang ini hahaha. Walaupun mungkin si Mas itu berpedapat juga, ya sudah tidak apa. masih banyak pembeli lainnya hahaha. Yo, wis. Sama-sama sudah tidak membutuhkan lagi. Kami putus hubungan antara pembeli dan penjual dengan cara damai saja. Pis.. Men hahaha. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun