Mohon tunggu...
Bambang Irwanto Soeripto
Bambang Irwanto Soeripto Mohon Tunggu... Penulis freelance - Penulis cerita anak, blogger, suka jalan-jalan, suka wisata kuliner, berbagi cerita dan ceria

Bercerita yang ringan-ringan saja, dan semoga membawa manfaat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

3 Jimat Sakti Adem Ayem Tinggal di Yogya

15 November 2022   10:47 Diperbarui: 15 November 2022   10:58 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin, saat membuka youtube lewat televisi android, saya melihat ada film pendek, judulnya ke JOGJA. Saya pun langsung klik untuk play. Dalam bayangan awal saya, film pendek berdurasi sekitar 15:59 ini, mungkin memikat, seperti film Tilik yag melambungkan sosok Bu Tejo.

Opening film Ke Jogja diawali sebuah bus ukuran sedang yang melaju jalanan aspal di sebuah perbukitan yang berkelok. Salah satu penumpangnya adalah Kinar, seorang gadis. Ini kali kedua, ia ke JogJa setelah 15 tahun berselang. 

Bus lalu melewati jalan aspas tak halus dengan pohon-pohon besar di sekitar. Suasana agak remang, yang membuat saya berpikir ini waktunya pagi atau sore, ya? Terus saya juga bertanya sendiri, kok jalanan Jogja seperti ini?

Pertanyaan saya langsung terjawab, saat seorang perempuan manis bertanya pada Pak sopir, "Pak ini jalannya benar, kan?" 

Lalu dijawab Pak sopir, "iya, Pak! 

Si Mbak bertanya lagi, "ke desa Sidorahayu, kan?"

Owalah.. ternyata  tujuan si Mbak yang bernama Kinar itu akan ke sebuah desa di Jogja. Bapak sopir itu mengambil jalan pintas bair cepat. Saya tadi fokusnya Yogja ya, fokus di pusat kota. Padahal Yogyakarta itu nama Provinsi. 

Bus pun terus melaju, sampai akhirnya, si Kinar yang diperankan oleh Ayu Prasiska itu tiba di sebuah desa. Namun ia harus meneruskan perjalanan ke tempat tujuan dengan berjalanan kaki sambil menyeret sebuah kopor.

Nah, saat itulah, Kinar bertemu dengan beberapa warga yang menyapanya dengan ramah dengan menggunakan bahasa jawa. Namun justru kerena tidak mengerti artinya, Kinar pun jadi salah paham.

Kinar telah berjalan jauh, dan sepertinya hujan akan segera turun. Tiba-tiba ada seorang pemuda desa bernama Rustho, yang menawarkan bantuan. Dengan setengah hati, Kinar menerima bantuan Rustho. Akhirnya, Kinar sampai di rumah budenya. 

Besoknya, Kinar pun melapor ke Pak RT , kalau ia akan kuliah dan menetap di desa Sidorahayu. Nah, di sini Kinar mulai berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Caranya ia berusaha untuk berbicara menggunakan bahasa jawa. tapi karena belum bisa, maka ucapannya salah, dan tentu saja artinya salah.

3 Jimat Sakti Tinggal di Jogja 

Walau hanya berdurasi16 menit kurang 1 menit dan hanya diperankan 7 talant, tapi  film Ke JOGYA yang diproduksi oleh Paniradya kaistimewan ini sangat menarik. selain itu pesan moralnya sangat dapat yang menekankan tentang Tata Krama Tinggal di Yogya.

Jadi ada 3 tata krama yang harus dijalankan saat orang ingin tinggal di Jogja . Pertama, kalau lewat depan rumah orang harus bilang Nderek Langkung atau permisi mohon izin lewat. Kedua saat ingin menyela ucapan, harus bilang maaf atau nyuwun sewu. Ketiga, bila mendapatkan bantuan, jangan lupa ucapkan matur nuwun atau terima kasih.

Tata Krama Jogja Bisa Berlaku di Mana saja

Permisi, maaf, dan terima kasih, sebenarnya ini sangat universal, jadi bisa diterapkan di mana saja. Dan sebenarnya, sudah harus diajarkan sejak kecil. Misalnya permisi, di makassar itu biasa diucapkan, "Tabe", tidak hanya lewat depan orang, tapi saat lewat depan orang yang lebih tua.

Sesuai pengamatan saya, anak zaman now banyak yang kurang memperhatikan 3 hal ini. Misalnya saat lewat depan orang, tidak permisi. kalau pun permisi, itu dengan nada kurang sopan menurut saya. Misalnya "Misi, dong!" ini jelas perbeda bila diucapkan dengan, "permisi, Pak!", "Permisi, Bu!" atau "Permisi, Kak!"

Begitu juga soal terima kasih. Bukan hanya anak zaman now yang lalai mengucapkan terima kasih, orang dewasa juga banyak hehehe. Padahal terima kasih mudah diucapkan, tapi dampaknya besar. Begitu juga dengan kata maaf. Masih banyak yang segan mengucapkan maaf.

Nah, kalau 3 jimat sakti ini sudah bisa kita terapkan, maka Insya Allah, tidak hanya tinggal di Jogja, di daerah mana saja di seluruh nusantara, kita akan idup tenang dan nyaman. Seperti mengutip ucapan Sri Sultan Hamenkubuwono X, untuk tinggal di Jogja, tidka perlu menjadi orang Jogja. Tetaplah menjadi Papua, Batak, Sunda, ataupun Bugis yang menjunjung budaya dan tata krama. Seperti Kinar yang tidak perlu menjadi orang Yogja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun