Mohon tunggu...
Bambang Prayitno
Bambang Prayitno Mohon Tunggu... -

kesadaran adalah matahari. kesabaran adalah bumi.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tiga Yang Mengingatkan (Bagian 2)

11 Januari 2012   09:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:02 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sedangkan misi terakhir; mewujudkan perbaikan subsidi, perlindungan sosial dan penanggulangan/pengentasan masyarakat miskin, tampaknya juga tetap di angan-angan. Mimpi kita yang seperti daerah lain di luar Kaltim yang lebih miskin tapi bisa membuat asuransi jiwa bagi warganya, tampaknya tak akan pernah terwujud. Jangankan program seperti itu, untuk sekedar mendata penduduk miskin saja, Gubernur sampai minta bantuan ormas yang sebenarnya program itu jadi program wajib aparatur di bawahnya.

Apalagi jika berbicara tentang program peningkatan kesehatan, maka saya yakin saya akan bisa persembahkan tangis ribuan bayi di gendongan ibunya. Mereka tak pernah mendapatkan susu pendamping yang murah, atau ibu dan bayi tak mendapatkan proteksi gratis sejak dari kandungan, karena program kesehatan kita tak memikirkan masa depan generasi. Ibu-ibu muda tak pernah disentuh oleh kampanye Inisiasi Menyusu Dini, karena memang itu belum menjadi prioritas.

Itulah sebagian dari fakta-fakta penuh motivasi tentang Kalimantan Timur yang sekarang ada di depan mata. Maka, mengingati itu semua, ada baiknya kita mengenang dan mencerna tiga filosofi dasar (dari banyak filosofi) yang melekat di Kaltim sekarang ini; satu bagian melekat pada motto Kalimantan Timur sendiri, dua lainnya melekat pada nama Gubernur. Jika ternyata, kita -hingga hari ini- belum juga menemukan kesejahteraan yang kita cita-citakan, maka, jangan salahkan jika banyak orang di Provinsi ini mengusulkan; jikalau dulu, The Three Muskeeters bilang; "Semua untuk Satu, Satu untuk Semua", dan atas inspirasi itu, Kaltim yang sekarang berslogan " Membangun Kaltim Untuk Semua", saya usulkan dirubah "(Semua) Membangun Kaltim untuk Satu". Satu itu; Pak Gubernur.

Dan, saat pemimpin kita lalai dari hakikat ke-gubernur-annya, ingatkan lah ia dengan asal-muasal dua nama terakhirnya untuk menyadarkannya. Dua nama yang pernah menyejarah dalam peradaban manusia. Yang satunya adalah pemimpin yang menjadi pembeda antara keburukan dan kebaikan. Menjadi penegas antara membela rakyat atau menindas rakyat. Punya garis yang jelas, membela kepentingan rakyat atau penghamba kepentingan modal yang merusak lingkungan, mengabaikan hak rakyat dan merusak tatanan profesionalisme birokrasi. Nama yang melekat pada Gubernur kita; Gubernur Faroek; yang seharusnya ia bisa menjadi "Sang Pembeda".

Yang satunya lagi adalah representasi dari ketaatan kepada Tuhan. Representasi keinginan orangtua dan juga rakyat Kalimantan Timur, bahwa gubernur kita diharapkan menjadi sumber "tertawa" dan gembiranya hati seluruh rakyat. Ia harus menjadi sumber mata air keteladanan akan sikap amanah, sabar dan ketulusan yang tak terhingga dalam melayani rakyat. Ia menjadi buhul yang mengikat hati-hati rakyat yang berbeda agama dan suku dalam satu simpul bernama "keadilan dan kesejahteraan".

Dan terakhir, terkhusus untuk Pak Gubernur. Karena anda pemimpin, maka ada baiknya kita juga renungkan hakikat kata "Pemimpin". Kata "Pemimpi" dan "Pemimpin" itu bedanya sangat tipis. Hanya dibedakan oleh huruf "N". Tapi basis kata dari keduanya sama. Mereka berdua sama-sama pemimpi. Tapi, "Pemimpi" adalah mereka yang hanya bermimpi tapi tak pernah mewujudkannya. Atau hanya bermimpi untuk dirinya sendiri. Dan "Pemimpin" adalah mereka yang selalu berpikir, berjalan atau mengejar apa yang menjadi mimpinya semata-mata demi kebaikan rakyatnya. Ia memahat mimpi-mimpi itu di senyum rakyat di sepanjang perjalanannya. Ia melukiskan mimpi di derai hati penuh bahagia kaum jelata.

9 Januari 2012

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun