"Ngapain dia datang ke sini? Kan dia belum kenal Kakak? Sendirian lagi..." Yati keheranan banget. Bahkan mulai nampak curiga.
"Memang belum saling kenal. Sebab itu, tadi ia langsung memperkenalkan dirinya padaku. Katanya, Dinda sendiri yang memberi alamat rumah dan nomor ponselku kepadanya. Katanya lagi, Dinda pula yang telah beri ijin padanya untuk menemuiku...."
"Bener, tapi kudu bersamaku, dong!" tukas Tika mulai sewot, "Kagak boleh ia sendirian temui Kakak! Pasti, dia punya hidden agenda khusus terhadap Kakak! Terus terang aku cemburu Kak! Soalnya Sofie itu molek, bahenol dan kadang genit. Aku kuatir dia nanti  menggoda dan menggaet Kakak...!"
"Hahaha....hahaha....hahaha.....!"
"Lho kok malah tertawa ngakak? Seneng ya?"
"Ya jelas seneng dong!"
"Hah.....seneng....!!!???"
"Bukan saja seneng, tapi seneng banget!"
"Kalau gitu aku pulang saja!" Tika langsung bangkit hendak keluar dengan wajah merah padam.
Namun, secepat itu pula Timo meraih tangannya. Merangkulnya dan mendudukannya kembali. Tadi duduknya berhadapan, sekarang berdampingan.
"Maaf ya Dindaku sayang! Dengar baik-baik dulu penjelasanku dong! Saat ini aku memang lagi seneng. Kenapa? Pertama, karena kobaran cemburu Dinda barusan, justru telah mengkonfirmasi kesejatian cinta Dinda kepadaku. Apa aku gak boleh bahagia atas hal itu?"