Mohon tunggu...
Bambang Suwarno
Bambang Suwarno Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Mencintai Tuhan & sesama. Salah satunya lewat untaian kata-kata.

Pendeta Gereja Baptis Indonesia - Palangkaraya Alamat Rumah: Jl. Raden Saleh III /02, Palangkaraya No. HP = 081349180040

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Antara Jaim dan Hipokrit

21 Agustus 2020   09:39 Diperbarui: 21 Agustus 2020   09:34 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terkejut sekaligus takjub. Tercengang, tapi juga senang. Bingung berbaur bangga. Begitulah suasana batin Maria menanggapi rencana putri semata wayangnya, Aryati. 

Putrinya itu sebentar lagi akan adakan acara Bible Study dengan Lulu dan Bella. Sedang gurunya adalah Budiman, kakeknya sendiri. Acaranya akan diadakan di pendapa depan rumah eyangnya yang cukup luas itu.

Maria pun senang dan amat mensyukurinya. Karenanya, ia berjanji pada dirinya sendiri, bahwa ia akan mendukungnya penuh. Sebuah kegiatan yang positif dan mulia seperti itu harus diapresiasinya, pikirnya. Namun, yang mengagetkannya, putrinya itu ternyata melibatkan juga Pendeta Muda Andreas Vidya Tama.

Idenya memang sangat logis. Karena kalau yang ikut mengajar adalah seorang pendeta, itu pilihan yang sangat tepat. Segala sesuatu yang diserahkan pada ahlinya, hasilnya pasti akan optimal.

Akan tetapi, dari mana Aryati sampai punya ide seperti itu? Feeling Maria mengatakan, bahwa Aryati pasti punya "agenda khusus" yang lainnya. Agenda apa? Itu yang ia belum paham.

"Selain belajar Alkitab, apa ada target lain yang pengin kamu sasar?"

"Ya pasti ada, Mam! Bukan target, tapi cuma sebuah harapan doang."

"Harapan apa itu?"

"Sori ya, Mam! Belum waktunya untuk diungkapin. Yang penting, Mami seneng kagak?"

"Ya seneng banget dong!"

"Kalau seneng, ya nikmati saja Mam! Artinya Mami kudu ikut juga dalam "kelas istimewa" itu..." Yati mendaulat maminya.

"Ngapain aku harus ikut? Itu kan kelasmu dengan Lulu dan Bella?"

"Bener, tapi Mami kudu ikut juga buat nyemangati kami."

"Enggaklah! Mami bagian konsumsi sajalah."

"Kalau Marta, Mami boleh di dapur saja. Karena Mami adalah Maria, duduknya justru kudu yang paling deket dengan yang ngajar..."

"Haah kudu dekat Om Andre? Ya malu dong!"

"Malu apa mau? Mau apa mau banget....?" Goda Yati sambil terkekeh dan memeluk manja maminya.

***

Dari penjelasan, candaan dan godaan putrinya, Maria akhirnya sampai pada satu kesimpulan. Bahwa Aryati ia duga kuat sedang membangun sebuah kondisi. Agar dirinya bisa sesering mungkin bertemu dengan Pdm. Andreas. Minimal dua kali seminggu. Sehingga punya kesempatan untuk saling kenal satu sama lain. Dan ujungnya, berharap agar Adreas bisa tertarik kepada maminya.

Jika itu benar, berarti Aryati sendiri memang sudah rindu punya papi baru. Dan orangnya tidak lain, adalah Andreas sendiri.

"Sejatinya, aku pun sudah mulai tertarik kepadanya," pengakuan Maria dalam hati, kepada dirinya sendiri. "Namun, itu bukan perkara sederhana. Posisiku sebagai perempuan timur. Apalagi berhadapan dengan seorang pendeta. Itu membuatku kudu mau bersikap "hipokrit dalam cinta". Karena dalam konteks ini, antara munafik dan jaga image itu, bedanya sangat tipis sekali. Dan ini bisa berpotensi membuatku salah tingah."

"Tuhan Yesus, seandainya Engkau memang akan jodohkan hamba dengan Bung Andre, mohon bimbing hamba-Mu ini untuk bijak menjalani semua prosesnya. Namun apabila tidak, beri kekuatan pada hamba, agar mampu ikhlas menerima apa pun kehendak-Mu. Amin!"

Setelah berdoa seperti itu, janda muda cantik yang religius itu, bisa melangkahkan kehidupannya dengan tanpa beban. Terutama dalam kehidupan cintanya, Maria Dahayu bisa menjadi sangat nothing to lose.

***

Acara Bible Study yang ditunggu-tunggu itu, akhirnya tiba juga petang hari ini. Ruangan pendapa pun, sudah ditatanya sesuai protokol kesehatan. Setelah Lulu dan Bella datang,  tak lama kemudian hamba Tuhan muda nan ganteng itu pun tiba juga.

Setelah cukup berbasa-basi, dan sebelum kelas spesial itu dimulai, Maria mempersilahkan kepada Andreas dan yang lain untuk minum teh atau kopi panas beserta pisang goreng yang telah dihidangkan.

"Syalom! Saya sudah berdiskusi dengan Bapak Budiman tentang kelas kita ini. Tema atau topik yang akan kita bahas adalah tentang Tuhan Yesus dan keselamatan atau kehidupan kekal manusia di surga. Kenapa? Karena, itu adalah hal yang paling mendasar dan paling berkaitan dengan hidup kita dan bagi masa depan kekal kita. Sedang ajaran Alkitab untuk hal-hal yang lainnya, akan kita bahas setelahnya." Andreas lalu meminta pada Maria untuk memimpin doa pembukaan.

"Supaya langsung bisa penuhi kebutuhan kalian, pola pengajaran yang kita pakai adalah pola tanya jawab. Kalian bisa tanya apa saja tentang topik kita. Saya dan Bapak Budiman akan menjawabnya. Supaya bisa dipelajari lagi di rumah, saya minta kalian harus catat semua poin pembahasan kita. Sekarang siapa yang mau bertanya, ayo silahkan!"

"Meski saya sudah percaya pada Tuhan Yesus, tapi pengertian saya tentang-Nya itu sangat-sangat sedikit sekali. Sedang semua hal yang berkaitan dengan Tuhan nampaknya kok rumit sekali. Pertanyaan saya, apa bisa saya nantinya betul-betul mengerti tentang Dia?" Aryati memulai pertanyaannya.

"Bagi kita manusia, Tuhan itu memang rumit dan kompleks banget. Kalau gak kompleks, ya bukan Tuhan namanya. Kenapa? Karena Dia itu pencipta, sedang kita adalah ciptaan. Tuhan sangat besar bahkan Mahabesar, kita sangat kecil. Allah tidak terbatas, kita yang sangat terbatas. Dia berada di atas ruang dan waktu, sedang manusia berada di dalam ruang dan waktu. Jadi kalau Tuhan itu rumit bagi kita, ya memang begitulah."

"Apa ada manusia yang bisa seratus persen mengerti Tuhan? Tidak ada seorang pun. Sebab kalau ada, maka orang itu sudah di atas Tuhan. Padahal selamanya, kita semua ini berada di bawah Tuhan. Dan Tuhan yang seratus persen bisa dipahami oleh manusia, itu justru bukan Tuhan yang sejati. Itu hanya Tuhan produk manusia saja. Bagaimana Pak Budiman?"

"Saya setuju dengan Om Andre. Bagaimana mungkin kita yang terbatas ini mengerti seratus persen Tuhan atau Allah? Ya pasti tidak mungkinlah! Yang ada, saya lebih mengerti Tuhan Yesus ketimbang kalian. Dan Om Andre lebih mengerti ketimbang saya. Dan para pendeta dan para teolog, tentu lebih mengerti lagi ketimbang kita yang awam. Jadi kadar pengertian kita tentang Tuhan Yesus itu memang tidak sama. Namun, ini kan tidak masalah to Pak Andre?"

"Sangat tidak masalah, Bapak! Jangankan kita, para Bapa Gereja, bahkan para Rasul sendiri, pasti tidak bisa seratus persen mengerti tentang Tuhan Yesus." jawab pendeta muda itu. "Lagian, Tuhan sendiri pun tidak pernah meminta kita, untuk bisa seratus persen memahami-Nya. Yang Ia minta ialah agar kita mempercayai-Nya. Atau beriman kepada-Nya. Coba Lulu baca Kisah Para Rasul 16:31. Lalu Bella baca Yohanes 3:16. Dan Yati meneruskan ayat 18-nya." Kemudian ketiga remaja putri milenial itu bergantian membaca ayat-ayat Kitab Suci tersebut dengan antusias dan lantang.

"Jadi yang paling penting itu, justru percaya atau iman kita kepada Tuhan Yesus. Bukan pengertian kita tentang-Nya. Begitu ya Pak Andre?" Ibu Budiman ikut berpendapat.

"Betul sekali, Ibu! Sebab yang menyelamatkan kita memang bukan pengertian atau pemahaman kita, melainkan iman kita kepada Tuhan Yesus. Mari kita baca bareng Epesus 2:8 -- 'Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah.'"

"Yang selamatkan adalah iman kita! Baru setelah beriman, maka pengertian kita tentang Tuhan Yesus secara bertahap pasti akan bertambah-tambah. Sebab kalau kita menuntut diri untuk mengerti lebih dulu, bisa-bisa kita malah gagal beriman kepada-Nya." Budiman menambahi.

"Benar sekali Pak! Orang yang sudah beriman, akan mudah sekali menemukan bukti-bukti Alkitabiah tentang Ketuhanan atau Keilahian Kristus. Sebaliknya, yang belum beriman akan mudah menemukan hal-hal yang bertentangan dengan logika mereka. Jadi sekali lagi, yang paling krusial dan utama adalah iman kita kepada Tuhan Yesus Kristus. Selanjutnya, secara gradual, logika kita akan makin terbuka bagi kebenaran firman Tuhan."

Selanjutnya dengan sabar dan jelas, Andreas Vidya Tama menjawab semua pertanyaan mereka. Meski Maria tidak ajukan satu pun pertanyaan, tapi ia sangat intens menyimak semua pembahasan yang berkembang. Sehingga ia bisa paham semua substansinya.

Hanya satu yang Maria sama sekali belum jelas, yaitu arah hati Andre. Akankah hati pendeta muda itu terarah dan tertambat ke dirinya? Maria hanya bisa mengangkat bahunya saja.

==000==

Bambang Suwarno-Palangkaraya, 21 Agustus 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun