Mohon tunggu...
Bambang Suwarno
Bambang Suwarno Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Mencintai Tuhan & sesama. Salah satunya lewat untaian kata-kata.

Pendeta Gereja Baptis Indonesia - Palangkaraya Alamat Rumah: Jl. Raden Saleh III /02, Palangkaraya No. HP = 081349180040

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Air Mata Volunteer Ayu

24 April 2020   15:38 Diperbarui: 24 April 2020   15:43 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aksi yang dilakukan kaum milenial itu sungguh simpatik dan terpuji. Mereka telah berkomitmen mendedikasikan dirinya menjadi relawan. Selama penerapan PSBB di kotanya, mereka menolong belasan keluarga lansia. Mereka adalah kaum muda dari sebuah gereja. Dan Ayu Astuti termasuk di dalamnya.  

Menjadi volunteer adalah pengalaman baru bagi Ayu. Sebuah pengalaman yang sangat membahagiakannya. Bahkan lebih besar dan lebih bermakna, ketimbang semua kebahagiaannya sebelumnya. Dulu bahagianya karena menerima sesuatu. Kini bahagianya karena memberikan sesuatu.

Ayu rela meluangkan waktu, tenaga serta perhatiannya untuk Pak Broto dan istrinya. Sebagian keperluan mereka, Ayulah yang melayaninya. Beruntung, pasangan lansia 70-an tahun itu, sangat ramah kepadanya. Sehingga Ayu tambah bersemangat melakukan misi kemanusiaannya.

Namun sayang, kebahagiaan Ayu itu hanya berlangsung pada minggu pertama pelayanannya saja. Pada minggu keduanya, hatinya meradang penuh kejengkelan. Akibatnya, beberapa hari ini wajahnya mengeruh. Dan gairah hidupnya meredup.

"Kak, tolong carikan aku lansia yang lain saja...." Pintanya  kepada Windy, koordinatornya.

"Lho, memang kenapa? Seminggu lalu kamu bilang, bahwa kamu sudah nyaman dan cocok membantu keluarga Pak Broto. Tapi sekarang tiba-tiba kamu kok minta ganti. Ada apa sih?"

"Tak perlu kujelasin secara rinci. Tapi yang jelas aku sudah tak sejahtera lagi, Kak."

"Tak sejahtera lagi? Karena apa?" Seniornya itu kian penasaran.

"Tak sejahtera, ya tak sejahtera saja. Lagian, ini gak penting buat Kakak......"

"Itu justru penting bagiku, Yu! Aku harus tahu dulu, duduk persoalannya. Setelah itu, baru bisa pertimbangkan permintaanmu."

Terpaksa Ayu menjelaskan. Bahwa Pak Broto yang sudah berumur 71 tahun itu, kini mulai menyebalkan. Seminggu ini saja, priyayi sepuh itu telah tiga kali meneleponnya. Baginya, hal itu tidak lucu. Sangat mengganggu dan memuakkan.

"Memang komunikasi kita pada mereka, kan lebih banyak pakai ponsel, Neng? Kalau perlu bantuan apa pun, kan juga lewat telepon?"

"Kalau soal minta bantuan, aku kagak masalah. Tapi kalau sudah mulai nanya-nanya soal yang privat, aku amat kagak suka.."

"Beliau nanya tentang apa saja sih?" kejar Windy.

"Tentang kuliahku. Tentang keluarga ortuku. Tentang hobi dan cita-citaku..."

"Kalau soal itu, ya gak apa-apa to, Neng! Itu tanda, bahwa beliau menghargai kamu. Beliau pengin akrab seperti pada anak-anaknya sendiri...."

"Bukan hanya itu! Tapi nanya juga tentang pacar. Aku sudah punya atau belum? Apa urusannya dengan dia?"

"Itu pun ya wajar-wajar saja, Neng! Dibuat santai saja, Nona Cantik....!"

"Dia itu kan sudah uzur, Kak! Kalau yang nanya Bu Broto, bolehlah. Tapi kalau dia, itu kegenitan namanya!"

"Akh jangan under estimate dan suudzon dulu! Di lingkungan RW sini, beliau itu termasuk keluarga yang terpandang, lho! Gak mungkinlah akan macem-macem padamu.."

Bagi Windy, sikap Pak Broto terhadap Ayu masih lumrah dan manusiawi. Masih dalam batas toleransi. Sebab itu, sambil melihat perkembangannya, ia meminta Ayu untuk bersabar dulu barang seminggu.

Sejatinya, Ayu Astuti bukanlah seorang gadis yang arogan, judes atau temperamental. Sesungguhnya selama ini, gadis cantik itu amat santun. Ia selalu menaruh rasa hormat yang tinggi terhadap semua kaum sepuh. Tapi kenapa, terhadap Pak Broto, sekarang Ayu berubah menjadi begitu sensitif? Sepertinya ada semacam trauma yang menghantuinya.

Memang benar! Trauma itu bermula dari sebuah pengalaman pahit 5 bulan yang lalu. Pengalaman yang ekstrem, bahkan yang dianggapnya keji. Yang membuatnya sangat terhina.

"Masak, Engkongnya temanku datang ke rumah untuk ngelamarku. Apa itu tidak kurang ajar?"

"Hah.... kamu dilamar engkong-engkong? Sudah tua dong?"

"Bukan hanya tua, tapi sudah mulai bau tanah......" jawab Ayu sewot.

"Apakah dia seorang pengusaha?"

"Bener!"

"Berarti tajir dong?"

"Bener! Tapi aku kagak butuh apa pun darinya...!"

***

Pagi ini, Ayu tengah sibuk bersiap untuk joging. Biasanya ia melakukannya di sebuah lapangan kecil yang tak jauh dari rumahnya. Tapi sebelum berangkat, tiba-tiba ada panggilan telepon masuk dari Ibu Broto.

Siang nanti, Bu Broto mengundang Ayu untuk makan siang bersama di rumahnya. Pasutri lansia itu akan mengadakan acara syukuran kecil ulang tahun pernikahan mereka yang ke-45 tahun. Wanita sepuh itu, juga memohon agar Ayu mau mendoakan keluarganya.

Sebagai seorang gadis Kristen yang taat dan biasa berdoa, Ayu pun menyanggupinya.

Siangnya, ketika sampai di rumah keluarga Broto, perasaan Ayu masih campur aduk. Ada rasa hormat, ikhlas dan iba. Juga masih ada rasa was-was dan sebal terhadap Pak Broto. Beruntungnya, gadis ayu itu masih mampu mengontrol dirinya.

Acara Syukurannya sendiri berlangsung cukup khidmat. Penuh rasa syukur dan sukacita. Bahkan ketika Ayu menaikkan syafaat bagi pasutri sepuh itu, ia menjadi sangat terharu. Sangat emosional dan merinding pada sekujur tubuh rampingnya.

"Sekarang, ayo kita makan Nak Ayu!" ajak Bu Broto, seusai berdoa.

"Wah semua menunya istimewa. Pasti lezat banget, nih! Ibu sendiri yang memasak semuannya?"

"Bukan. Semuanya pesan pada resto langganan kami...."

Setelah selesai makan, Pak Broto dengan bangga menunjukkan foto-foto kedua putranya kepada Ayu. Ada beberapa foto dari Mayor TNI-AD Matius Mulyoyudho sekeluarga.  Matius adalah anak sulungnya, yang sekarang bertugas di Raja Ampat, Papua Barat. Diam-diam Ayu  terpesona akan ketampanan perwira menengah itu.

Berikutnya, adalah foto-foto dan video anak bungsunya yang bernama Andreas Mulyoyudho. Dia adalah seorang MBA lulusan Singapura. Sekarang ini, Andre bekerja sebagai seorang manajer di sana. Ia masih menjomblo. Melihat yang ini, Ayu lebih terpesona lagi.

"Sayang sekali ya, Nak Ayu sudah punya pacar. Padahal kalau belum, Andre siap untuk melamarnya...." Kata Pak Broto kepada istrinya mau pun kepada Ayu.

Ternyata, selama dua minggu ini, Pak Broto sudah berkali-kali berdiskusi online serius tentang hal itu dengan Andre. Beliau meyakinkan Andre, bahwa Ayu adalah sosok yang tepat untuk menjadi istrinya. Dan Andre pun sudah menyatakan ketertarikannya.

Tentu saja Bu Broto cukup kaget mendengarnya. Tapi yang paling shock adalah Ayu sendiri.

***

Sesampai di rumah, Ayu langsung masuk ke kamarnya. Tubuh indahnya terhuyung-huyung lalu ambruk ke ranjangnya. Hatinya tersungkur dalam penyesalan yang dalam. Air matanya terus berlelehan melumuri sekujur jawa raganya.

"Kenapa tempo hari, aku suudzon banget pada Pak Broto?" gumam Ayu. "Sampai aku harus ngibul -- sudah punya pacar. Padahal aku belum punya! Kenapa aku mencurigai, pria sepuh itu akan kurang ajar padaku? Padahal ia sedang merancangkan yang baik bagiku dan bagi  Andre. Oh alangkah jahatnya aku! Ampunilah anak-Mu ini, Tuhan!"

==000==

Bambang Suwarno-Palangkaraya, 24 April 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun