Hidup harus jadi berkat. Hidup harus berguna bagi sesama. Itulah semboyan hidup Manda. Sehingga meski masih harus berjuang keras untuk membangun masa depannya sendiri, ia tidak egois. Manda atau lengkapnya -- Amanda Pratiwi, sejak sepuluh tahun ini, tak pernah surut membela hak kaum, yang menurutnya telah lama terzalimi. Itu pula yang membuat Harimukti tertarik, kagum, mencintai sampai menikahinya.
Tapi siapa kaum yang dianggapnya terzalimi itu? Tak lain mereka adalah para pembantu rumah tangga. Merekalah yang sejak zaman dulu selalu dikebiri hak-haknya. Diperlakukan sangat diskriminatif. Kerap dieksploitasi secara semena-mena oleh tuan dan nyonyanya. Bahkan sering juga menjadi obyek pelampiasan syahwat majikannya.
Zaman perbudakan sudah lama lewat. Sebutan "babu" yang populer di zaman kolonial, kini sudah tak dipakai lagi. Tapi nasibnya tetap saja tak ada perubahan.
Manda yang adalah pengurus dari sebuah organisasi nirlaba, yang memperjuangkan nasib para PRT, kian prihatin dan geram. Kenapa? Karena menganggap negara telah abai terhadap kesejahteraan perempuan PRT yang jumlahnya mencapai 4 juta lebih itu.
Anggota DPR, khususnya yang perempuan, dan pejabat pemerintah dinilai sama sekali tak sensitif terhadap keadilan bagi perempuan PRT. Sudah 14 tahun dan 3 periode pemerintahan, RUU Perlindungan PRT yang diusulkan telah mandeg total. Padahal jika RUU tersebut dirampungkan menjadi UU, pasti akan mengentas nasib jutaan orang ke tingkat yang lebih manusiawi.
"Percayalah! Suatu saat, perjuanganmu dan perjuangan teman-temanmu, pasti akan berhasil!" Hary selalu membesarkan hati istri tercintanya. "Jadi majulah terus, sayang! Dan jangan bikin kendor!"
***
Pagi ini, kegelisahan menyergap sekujur batin Manda. Sudah sejam lebih, ia menunggu seseorang. Tapi yang ditunggunya tak kunjung tiba. Sambil menggendong Jiro, pagi ini, ia mondar-mandir di teras rumahnya. Tak henti-hentinya, sebentar-sebentar, ia memandang ke arah pintu pagar depan. Bahkan kegelisahannya sudah meningkat menjadi kebosanan dan kejengkelan.
"Mohon maaf yang sebesar-besarnya, Nyonya! Sumi telah telat lama..." pinta babysitter itu, begitu ia tiba. Ia mengatakan kalimat itu sambil membungkukkan tubuhnya. Juga  menundukkan kepalanya. Dengan wajah menyiratkan penyesalan.
"Saya tak sempat memberitahu, sebab saya benar-benar lupa, Nyonya!" tambahnya.
Meski jengkel, sesungguhnya Manda tak hendak mempermasalahkanya. Karena selama satu semester lebih, Sumiati bekerja padanya, baru sekali inilah ia terlambat. Selain kinerjanya cukup memuaskan, babysitter yang satu ini adalah sosok gadis yang jujur. Pun sopan dan penurut.