Mohon tunggu...
Bambang Suwarno
Bambang Suwarno Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Mencintai Tuhan & sesama. Salah satunya lewat untaian kata-kata.

Pendeta Gereja Baptis Indonesia - Palangkaraya Alamat Rumah: Jl. Raden Saleh III /02, Palangkaraya No. HP = 081349180040

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

3 Tipe Mindset yang Membonsai Kemampuan Diri

31 Oktober 2019   09:30 Diperbarui: 1 November 2019   14:16 806
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada umumnya, semua orang ingin menjadi tajir, atau berlimpah dengan harta kekayaan. Semua orang juga kepingin jadi pribadi yang sukses. Apalagi sukses dalam berbagai bidang kehidupan. Semua orang pasti ingin pula, hidupnya berbahagia. Itu wajar, manusiawi dan sah-sah saja!Faktanya bagaimana? Ternyata memang ada orang yang berhasil dengan gemilang mencapai keinginannya. Sehingga menjadi orang yang kaya, sukses dan bahagia. Ada juga yang masih stagnan di tempatnya. Tanpa progress apa-apa. Belum bisa disebut gagal, namun sama sekali tak ada kemajuan. Mereka sedang terkatung-katung di tengah harapannya sendiri.

Tetapi, ada banyak lagi orang yang benar-benar sudah tersungkur dan menggelepar dalam kegagalan. Mereka menjadi begitu menderita, miskin dan penuh penyesalan, Mengapa bisa begitu? Memang ada beberapa faktor penyebabnya. Namun penyebab terbesarnya, ternyata terletak pada pola pikir atau mindset orang yang bersangkutan.

Setidaknya ada 3 pola pikir/mindset yang menyebabkan pemiliknya tergelincir ke kubangan kegagalan, kemiskinan dan kesengsaraan. Mindset yang bagaimanakan itu?

1. Mindset Penyandera

Orang yang berpola pikir seperti ini, suka sekali menyandera. Terutama menyandera dirinya sendiri. Karena tersandera, maka ia tak bisa bebas ke mana-mana. Dan tidak bisa melakukan apa-apa. Mulutnya hanya dipenuhi dengan kata-kata -- cuma, bukan, tidak, sulit, mustahil dan sejenisnya.

"Aku kan cuma tamatan Sekolah Dasar saja."
"Gue kan bukan anaknye orang tajir."
"Saya kan tidak punya modal untuk memulai usaha."
"Ana mustahil bisa berhasil di situ. Karena itu bukan bidang ana."

Itu adalah kata-kata yang sangat menyandera, sekaligus mengerdilkan diri mereka sendiri. Sehingga mereka menjadi pribadi yang tidak percaya diri. Tidak bersemangat dan tak bergairah. Yang pada ujungnya, menjadi takut mengambil keputusan yang penting.

2. Mindset Pendakwa 

Orang yang berpola pikir seperti ini, amat gemar mendakwa atau mengambinghitamkan orang lain. Mereka piawai dalam menyalahkan orang lain. Mereka akan selalu berkata, bahwa dirinya adalah korban dari kesalahan yang diperbuat oleh orang lain. Maka keluarlah dari bibirnya, kata-kata yang seperti ini:

"Coba kalau ortu gue mampu kuliahkan gue. Pasti masa depan gue kagak sesuram ini."
"Gara-gara kakakku tak mau beri modal aku, maka aku tak bisa buka usaha apa pun."
"Minta laptop saja, nggak mau ngasi. Gimana aku bisa jadi penulis ngetop?"

Pikiran semacam itu, sangat menyesatkan dan kontraproduktif. Tidak akan memberi manfaat apa pun. Dan tidak akan mengubah apa pun. Baik bagi diri sendiri, apalagi bagi orang lain.

Akibatnya, si pemilik mindset itu, akan selalu dirundung kekecewaan, ketidakterimaan dan kemarahan. Kecewa dan marah terhadap siapa? Terhadap orang atau pihak yang dianggap telah bersalah kepadanya.

Parahnya lagi, pola pikir seperti itu, telah membuat pemiliknya buta. Ya, buta terhadap segala kekurangan dan kesalahannya sendiri. Ibarat, gajah di pelupuk mata tak tampak, tapi semut di seberang lautan tampak.

3. Mindset Mandeg atau Statis

Pola pikir yang stagnan itu yang kayak apa? Yaitu mindset yang menolak setiap cara atau metode baru yang ditawarkan kepadanya.

Mereka hanya mau mengerjakan hal-hal yang telah biasa mereka lakukan saja. Pikirannya kolot, jadul dan sangat tradisional. Enggan mencoba hal-hal yang baru. Emoh berinovasi apalagi berimprovisasi. Tak tertarik untuk melakukan terobosan-terobosan baru. Sehingga ritme kerjanya hanya monoton saja. Dari waktu ke waktu, yang dikerjakan hanya yang itu-itu saja. Hasilnya pun, ya cuma begitu-begitu saja.

"Maaf, gue kagak bisa. Sebab gue punya cara sendiri!" selalu begitu jawabannya, ketika diajak mencoba cara-cara yang baru.

Pola pikir seperti itu, adalah mindset yang mandeg dan statis. Tertutup dan tak mau belajar pada orang lain (terutama yang terbukti telah sukses). Akibatnya, sulit sekali untuk bisa berkembang ke arah yang lebih baik. Miskin daya saing. Bahkan posisinya makin lama makin tertinggal dari teman-temannya.

Bukan kekayaan, kesuksesan dan kebahagiaan yang didapatkannya. Melainkan keterancaman akan kebangkrutanlah yang selalu menghantuinya.

Apa kondisi seperti itu bisa diselamatkan? Bisa dan sangat bisa! Bagaimana caranya?

Revolusi Mindset
Di muka sudah saya sebutkan, bahwa penyebab terbesar kegagalan seseorang dikarenakan oleh mindset-nya sendiri. Di antaranya adalah mindset penyandera, pendakwa dan statis. Sebab itu, kalau seseorang ingin membalikkan keadaannya. Atau ingin memperbaiki kondisi hidupnya. Ya harus mau merevolusi pola pikirnya. Dari mindset negatif ke mindset positif. Mindset yang bagaimana?

Pertama, Mindset Pembebas. Orang yang berpola pikir pembebas, akan berkata seperti ini: "Meski saya anaknya orang miskin. Sekolah pun cuma SD saja. Tapi saya mau terus belajar dan mau bekerja keras. Mau juga mencoba lakukan hal-hal baik yang bisa dilakukan. Saya yakin, suatu saat saya akan bisa mencapai cita-cita saya."

"Usaha gue, sekarang ini, emang masih kecil, tapi gue akan berjuang sekuat tenaga untuk membesarkannya."
"Aku memang belum pernah juara bulutangkis. Tapi akan ada waktunya menjadi yang paling jago, sebab aku terus tekun berlatih dan rajin ikuti berbagai kejuaraan."

Orang seperti itu pasti bergairah, energik dan penuh optimisme. Mereka tidak tersandera oleh pikiran-pikiran picik yang mengerdilkan diri sendiri. Karenanya, mereka akan sangat berpotensi menjadi orang-orang yang sukses.

Ketimbang berkutat pada mindset penyandera yang membonsai diri sendiri, lebih baik mengembangkan mindset pembebas yang akan mengantar pada keberhasilan.

Kedua, Mindset Solusional. Orang yang berpola pikir solusional, tak mau membuang-buang waktunya untuk menyalahkan orang lain. Karena hal itu hanya akan menghasilkan kekecewaan, kebencian dan kemarahan saja. Daripada begitu, jauh lebih sehat dan produktif digunakan untuk mencari solusi bagi setiap masalah yang dihadapinya.

"Ortu gue kagak bisa lagi mengkuliahkan gue. Maka gue akan nyari kerjaan saja. Lalu gue akan nabung. Kalau udah cukup, gue akan kuliah dengan biaya sendiri."
"Atau bekerja sambil berkuliah."
"Atau berusaha keras cari bea siswa saja."

Setiap masalah pasti ada solusinya. Dan orang yang berpola pikir solusional, pasti akan bisa menemukan jalan pemecahannya. Sebab itu, buang jauh-jauh mentalitas pendakwa yang selalu mengkambinghitamkan orang lain. Ganti dengan mindset yang solusional.

Ketiga, Mindset Dinamis. Pribadi yang dinamis, akan sangat terbuka menerima setiap masukan, gagasan-gagasan segar, modus-modus baru yang ditawarkan kepadanya. Mereka suka belajar pada siapa saja dan apa saja. Mereka akan sangat mempertimbangkan segala kemungkinan dan peluang yang ada.

Mereka tidak pernah mau berhenti untuk meng-upgrade dirinya. Mereka tak pernah lelah mencoba eksperimen-eksperimen baru. Hasilnya, mereka menjadi pribadi terus berkembang. Pribadi yang dinamis dan prospektif.

Siapa pun yang sungguh-sungguh mau melepaskan pola pikir penyandera, pendakwa dan statis yang merusak itu. Dan menggantinya dengan mindset pembebas, solusional dan dinamis yang membangun. Maka merekalah para pemilik masa depan itu. Merekalah yang pada waktunya, akan menikmati kekayaan, kesuksesan dan kebahagiaan hidup sejati.

Selamat tinggal mindset yang merusak! Selamat datang mindset yang membangun!

Tuhan memberkati!
==000==
Bambang Suwarno-Palangkaraya, 31 Oktober 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun