Mohon tunggu...
Bambang Suwarno
Bambang Suwarno Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Mencintai Tuhan & sesama. Salah satunya lewat untaian kata-kata.

Pendeta Gereja Baptis Indonesia - Palangkaraya Alamat Rumah: Jl. Raden Saleh III /02, Palangkaraya No. HP = 081349180040

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Setop Mengambinghitamkan Orang Lain

13 Oktober 2019   04:34 Diperbarui: 13 Oktober 2019   04:40 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada umumnya semua orang ingin menjadi seorang yang sukses dalam kehidupannya. Tetapi faktanya, tidak semua orang bisa sukses. Ada orang yang memang dengan gemilang mampu menggapai kesuksesannya. 

Namun ada lebih banyak lagi orang yang masih tetap 'jalan di tempat', alias stagnan. Bahkan ada juga yang justru terpuruk dalam kegagalan.

Salah satu contoh orang yang sedang menuju pada kegagalannya, adalah Rabejo. Sejatinya Rabejo bukanlah pemuda yang pandir. Buktinya dia bisa menamatkan sekolah SMA-nya tepat waktu. 

Nilainya raportnya pun terbilang lumayan bagus. Tapi karena ayahnya cuma seorang pensiunan ASN rendahan, maka tak mampu mengkuliahkan ketiga orang anaknya.

"Coba kalau ortu gue mampu mengkuliahkan gue, pasti masa depan gue tidak akan sesuram ini." Pernyataan seperti itu, sejak tamat SMA lima tahun lalu sampai kini, sudah ratusan kali Rabejo lontarkan kepada siapa saja dan di mana saja. Apa maksudnya?

Maksudnya, ia ingin menegaskan agar semua orang tahu. Bahwa kalau sampai hari ini, dia masih saja menjadi pemuda pengganguran, itu bukan karena salah dirinya. Sepenuhnya itu adalah kesalahan orang tuanya. Dengan kata lain, ia selalu mengkambing-hitamkan kedua orang tuanya.

Mindset Sesat nan Fatal 

Pola pikir Rabejo yang selalu menyalahkan orang tuanya itu, benar-benar telah menyesatkan dirinya sendiri. Pikirannya tersesatkan, karena ia sudah tak bisa lagi secara rasional, memahami kondisi orang tuanya. 

Padahal ia sendiri mestinya sangat tahu. Bahwa setelah pensiun, ayahnya memang sudah benar-benar tak mampu lagi membiayai pendidikan anak-anaknya. Untuk menyambung kehidupannya saja, kondisinya sudah sangat pas-pasan.  

Sikap mengkambing-hitamkan orang tua seperti itu, juga sangat membutakannya. Sehingga dengan mudah, ia telah melupakan segala kasih sayang dari orang tuanya. 

Tak mau lagi menghormati jerih lelah dan pengorbanan orang tuanya yang selama ini dilakukan untuknya. Sebaliknya, yang ada di pikiran dan hatinya hanyalah ketidak-puasan, ketidak-terimaan dan kejengkelan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun