"Aku carikan pacar buat kamu. Dan kamu juga harus carikan aku seorang cowok yang keren dan tajir........" Â jawabnya cengengesan.
"Sebuah tawaran yang menarik," komentarku. "Tapi bukan untuk saat sekarang ini ya....?"
"Ya harus mulai sekarang, dong! Harus secepat-cepatnya! Aku sudah bosen njomblo, nih..."
Kemudian kujelaskan padanya, bahwa idenya untuk berkolaborasi itu kuterima. Tapi sebagai opsi kedua atau opsi cadangan. Karena sebelumnya aku sudah punya opsi pertama atau yang utama. Yaitu, aku harus menunggu hasil kinerja dan perjuangannya Angel, putri adopsiku.
"Perjuangannya si Angel? Apa maksudnya?" buru Ranti penasaran.
"Dia sudah berjanji akan mencarikan seorang pangeran tampan untukku...."
"Haaah, dia yang carikan....?" Selanya kian kepo. "Kamu saja masih keteteran menemukan pangeranmu sendiri. Gimana si Imut itu bisa menolongmu.....?"
"Aku sendiri sama sekali belum tahu, bagaimana cara Angel mencarikanku seorang kekasih. Tapi gagasan dan niatnya itu, adalah sesuatu yang amat mulia. Karena terbit dari kasihnya yang tulus terhadapku. Itu sebabnya, aku harus mengapresiasinya. Salah besar, jika aku underestimate terhadapnya. Apalagi kalau sampai mencurigainya."
***
Waktu-waktu berikutnya, adalah waktu di mana Angel sangat bergairah melancarkan aksinya. Jam belajarnya di STK Â sesungguhnya sudah selesai pada pukul sepuluh. Lalu pulangnya ke rumah, dijemput oleh Mbak Tari, inang pengasuhnya. Tapi dalam kurun waktu tiga bulan ini, bidadari mungilku itu sering sekali lambat pulang sekolah.
Alasannya satu hal saja. Yaitu karena ia main ke rumah teman-teman sekelasnya. Bisa sampai tengah hari ia di sana. Namun kerap pula sampai sore hari. Anehnya, kalau telat pulang, Angel hanya mau dijemput olehku saja.