Sampai hari ini, hasil dari hampir semua survei tidak atau belum berubah. Semuanya masih mengunggulkan pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin. Yang terkini, menurut survey LSI Denny JA, selisih elektabilitas Jokowi dan Prabowo berada pada kisaran 20%.
Artinya, mayoritas subjek penelitian survey Pilpres 2019 masih lebih memilih Jokowi ketimbang Prabowo. Mengapa jawaban para responden survei belum juga ramah terhadap Prabowo?
Ketidakramahan atau kebelumramahan para responden itu pasti punya alasan-alasan yang objektif, rasional, dan emosional. Menurut tafsir saya, inilah alasan-alasannya:
Pertama, Kehidupan Personal Prabowo Tidak Menjadi Teladan
Kehidupan berkeluarga seseorang kerap dan patut digunakan sebagai salah satu tolok ukur penting kemampuan seseorang dalam memimpin. Banyak sekali yang percaya, jika seorang pria gagal menjadi kepala keluarga yang baik. Maka dia pantas diragukan kemampuan leadership-nya untuk tanggung jawab yang lebih besar.
Maka jangan salahkan kalau ada yang berkata seperti ini: "Kalau memimpin sebuah keluarga kecil saja sudah payah, bagaimana bisa memimpin sebuah bangsa yang besar?"
Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.
Kedua, Masih Lekat dengan Orde Baru
Prabowo pernah dibesarkan dan menjadi bagian dari keluarga Soeharto yang otoriter. Yang juga sangat kental dengan praktik-praktik KKN selama masa pemerintahannya. Sedikit banyak gaya kepemimpinan dan model pemerintahan orde baru akan ikut mewarnainya.
Para responden khawatir akan munculnya rezim neo-orba, yang akan menghidupkan kembali berbagai mafia bisnis. Seperti Petral dan sejenisnya yang telah diberantas oleh Jokowi. Juga potensi tumbuh suburnya kembali nepotisme dan yang memperalat birokrat guna memperkaya diri sendiri, keluarga, kelompoknya.
Mayoritas para responden survei tentu tidak ingin memutar kembali jarum jam sejarah orde baru.
Ketiga, Punya Catatan Karir yang Buram
Ketika masih sebagai perwira TNI, sudah lama diberitakan bahwa ia pernah terlibat dalam penculikan dan penghilangan aktifis mahasiswa. Peristiwa genosida di Aceh yang belum sepenuhnya terungkap itu, juga dihubungkan dengan kepemimpinannya atas operasi intelijen di sana.
Karir militernya berakhir sebagai perwira tinggi yang diberhentikan dari TNI. Dalam kiprahnya sebagai pengusaha pun, Prabowo dikabarkan masih meninggalkan banyak  utang pada banyak pihak.
Beban berat masa lalu itu, pasti akan mempengaruhi kinerjanya apabila dia terpilih jadi presiden. Sebab itu, mayoritas responden dalam survei tak mau memilihnya.
Keempat, Kurang Berpengalaman
Di luar lingkup kemiliteran dan keamanan, mantan Danjen Kopasus itu belum pernah menunjukkan prestasi yang bisa dinikmati oleh orang banyak. Dia hanya mantan jenderal lapangan yang pengalamannya tentu terbatas. Hanya sebatas merancang dan memberi komando pada anak buahnya untuk melaksanakan perintah kemiliteran.
Belum mempunyai pengalaman administrasi pemerintahan. Belum pernah menjadi bupati, walikota atau gubernur. Artinya belum menguasai liku-liku birokrasi. Atau belum pernah juga menjadi anggota legislatif maupun yudikatif.
Gaya kepemimpinan komandonya pasti berbeda jauh dengan norma manajemen sipil yang lebih menekankan musyawarah. Dalam hal ini, akan kalah jauh dibanding dengan pengalaman Jokowi.
Kelima, Dilingkari Orang-orang yang Mengeksploitasi Agama dalam Berpolitik
Meski praktik dan keyakinan agama Prabowo sendiri banyak diperdebatkan, orang-orang di sekelilingnya tidak mempermasalahkannya. Tapi yang memprihatinkan, adalah cara-cara berkampanye mereka. Orang-orang yang melingkari Prabowo telah memanfaatkan sentimen keagamaan yang sangat beresiko memecah belah umat dan bangsa.
Proses pemenangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno di Pemilihan Gubernur DKI 2017 menjadi contoh yang tak terbantahkan. Sebab itu, bagi mayoritas responden survei yang sangat mendambakan kesejukan, toleransi, persatuan dan keutuhan bangsa; sangat enggan untuk memilih dudanya Titiek Soeharto itu.
Keenam, Nasionalisme yang Ambiguistis
Di satu sisi, Prabowo memposisikan dirinya sebagai ultra nasionalis dan anti asing. Tapi ia sendiri pernah menyatakan bahwa dirinya adalah produk asing dan berkiblat ke Barat. Di Amerika dalam suatu forum, Hasyim adiknya, pernah berjanji. Bahwa jika Prabowo terpilih, akan membuka Indonesia selebar-lebarnya buat Amerika. Juga buat kawan-kawan negeri yang lain.
Ambiguisme seperti itu, sama sekali akan menimbulkan ketidakjelasan dan kebingungan pada banyak orang. Yang pada ujungnya justru akan menggerus simpati sekaligus suara dari para calon pemilih terhadap dirinya sendiri.
Ketujuh, Tipe Pemimpin yang Pesimistis
Putra Begawan Ekonomi Soemitro Djojohadikoesoemo itu ternyata seorang pemimpin yang sangat pesimistis. Boleh dikata, dia adalah capres pertama di negeri ini, yang memakai taktik menebar pesimisme dan ketakutan kepada rakyat banyak. Hanya berdasarkan sebuah karya fiksional, ia menyatakan bahwa dirinya harus menang. Sebab jika kalah Indonesia akan bubar dalam waktu yang tak terlalu lama.
Beliau tegaskan, bahwa hanya dirinyalah yang bisa menyelamatkan negeri ini dari kehancuran. Sebuah pesimisme yang bercampur kejemawaan.
Dan pendukungnya juga menebar kebohongan tentang adanya invasi puluhan juta tenaga kerja asing yang akan merampas kesempatan kerja bagi warga negara sendiri.
Bahkan dalam debat keempat, terkesan dia kurang percaya pada kekuatan dan kemapuan TNI dan Intelijen negara kita sendiri.
Minimal berdasarkan ketujuh alasan itulah, yang menyebabkan jawaban mayoritas para responden survei belum bisa ramah pada Prabowo. Sehingga hasilnya, elektabilitasnya masih terus di bawah elektabilitas calon presiden petahana.
Apakah kesemua hasil survei dari berbagai lembaga survei itu, nantinya akan sama dengan hasil akhir Pilpres 2019 atau justru berbeda? Hanya Tuhan sajalah yang sudah tahu!
==000==
Bambang Suwarno-Palangkaraya, 05-04-2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H