Mentari belum rebah. Lenguh sapi-sapi pedati masih menusuk-nusuk waktu. Peluh para buruh belum  mengering bahkan genangi sekujur jiwanya. Tapi langit kembali berduka, empat penjuru bayu tersedu-sedu. Dan pak aparat pun murung geram geregetan
Ada apa ini? Ada berlaksa makhluk entah. Mereka berderap berserak menuding mengacung menyentak mengancam angkasa, malah semesta
Terus mereka mau apa? Mau membangun menara. Menara apa? Menara rezim berlengan baja. Menara keangkara-murkaan. Menara eka warna
Modelnya kayak apa? Apa mereka bertangan kaki? Ya! Apa berperut berleher dan berkepala? Iyalah! Apa bersuara dan bersenjata? Bersegalanya tapi tak berhati. Tak konsisten dan selalu berstandar ganda
Itu sebabnya, para gadis terbirit menjauhinya. Para emak idealis menghindarinya.
Makanya mereka terusir dari buminya sendiri. Makanya segala benua mendesaknya. Makanya menjadi musuh bersama
Akh makhluk-makhluk entah, mengapa kau tak lelah? Mengapa tak tinggal di antah berantah saja?
           ==000==
Bambang Suwarno-Palangkaraya, 25-02-2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H