SBY sebagai pemimpin Demokrat sempat membuat bingung masyarakat karena dalam waktu yang lama tidak segera menyatakan dukungan kepada Calon Presiden. Sebagai Partai yang memiliki suara yang signifikan, akan sangat mubazir bagi Demokrat untuk berada di luar pemerintahan dan hanya menjadi penonton. Suara yang besar seharusnya digunakan untuk mendukung salah satu calon presiden sehingga Demokrat akan mendapat bagian dari pemerintahan atau minimal tidak akan mendapat kesulitan dan halangan dari pemerintah yang berkuasa.
Secara logika kedekatan bisa dibaca seharusnya SBY akan mendukung pasangan Prabowo Hatta karena hubungan kekerabatan antara SBY dan Hatta Rajasa. Ibas, putra SBY pun secara terbuka telah menjadi pendukung pasangan Prabowo Hatta. Tapi kenapa SBY belum menyatakan dukungannya kepada pasangan Prabowo Hatta?
Satu-satunya jawaban adalah SBY sedang menganalisa dengan cermat siapa yang akan menjadi pemenang. Bagaimanapun bergabung dengan pemenang akan memberi keuntungan kepada Demokrat agar program-programnya yang telah dilakukan dalam berkuasa tidak dipermasalahkan oleh pemenang saat berkuasa nanti.
Pergerakan elektabilitas Prabowo Hatta yang terus meningkat disertai dengan penurunan Jokowi JK tidak menjadi jaminan bahwa Prabowo Hatta akan memenangkan pertarungan. Kenaikan Prabowo haruslah melewati rentang selisih antara Prabowo dan Jokowi.
Fenomena diamnya lembaga-lembaga survei yang selama ini menjadi pembela PDIP dan Jokowi menjadi indikasi bahwa sebenarnya elektabilitas Prabowo telah melampaui Jokowi. Mereka diam karena jika mempublikasikan hasil surveynya yang memenangkan Prabowo tentu akan menguntungkan Prabowo dan menimbulkan gelombang perpindahan para pemilik modal ke Prabowo. Mudah difahami karena karakter manusia adalah membela yang menang. Namun jika mereka mengumumkan hasil survey gadungan yang memenangkan Jokowi tentu akan mencemarkan nama baik dan kredibilitas dari lembaga survey mereka.
Keputusan SBY akhirnya untuk mendukung Prabowo merupakan tanda yang kuat bahwa SBY telah membaca bahwa Prabowo akan memenangkan pertarungan. Bagaimana mungkin SBY mau mengorbankan perahunya untuk mendukung yang kalah. Benar atau salah tapi saya secara pribadi meyakini hitungan SBY pastilah telah didukung data yang akurat. Mudah buat SBY yang masih memegang TNI untuk melakukan survey pergerakan suara. Dengan dukungan tangan-tangan intelejen SBY yang dikenal handal tentu SBY juga telah mengantongi data yang kuat dari kekuatan Jokowi dan Prabowo.
Akhirnya dengan sangat terpaksa saya harus mengakui bahwa Prabowo adalah prajurit yang tangguh. Ketertinggalan dua digit tidak membuat dia menyerah dan mengibarkan bendera putih. Mental sebagai  prajurit yang tidak mudah menyerah walaupun sudah terluka parah. Oke Prabowo kita harus melakukan Revolusi Mental agar bangsa ini tidak mudah menyerah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H