Dorothy Law Nolte, Kahlil Gibran dan Konvensi Hak-hak Anak PBB, menjadi suara langit dari alam gaib. Yang berbeda dari yang lain. Suara lembut berbisik di relung hati. Jauh dari hingar bingar protokoler perayaan penyambutan. Seperti klausa mimpi yang terus bekerja menekuni seloka doa, mengetuk rumah hati untuk segera terjaga. Menghadapi situasi serba waspada di zaman yang menawarkan bermacam kemungkinan.Â
Semua pilihan sudah tersedia hari ini. Beragam metode pendidikan anak pun bertebaran tak kalah sengitnya. Dari yang lokal, global, internasional, religius agamis, saintifik, mekanis pragmatis dan humanistik sekalipun. Nilai-nilai sosial pun bergerak cepat  menyertai perubahan big data digital. Kesemuanya menawarkan prospek beserta konsekuensinya yang tak kurang menariknya.
Anak-anak pun seolah berada di tengah gelombang pita spektrum frekuensi. Tanpa bekal kemandirian untuk bersikap dan menentukan pilihannya. Sama saja membiarkan anak-anak berada dalam badai yang mengepung dan siap menggulungnya. Sebuah masa yang mengajak semua orang dewasa dan orang tua untuk lebih hati-hati. Bagaimana memahamkan realitas dan memberlakukan aset investasi masa depan anak-anak di celah situasi yang semakin tidak mudah.
Selamat Merayakan Hari Anak Nasional (HAN) 2022. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H