KESIMPULAN percakapan malam itupun usai dengan menyisakan pertanyaan pilihan. Memilih bermain medsos hidup bersama dunia maya atau tetap move on dengan mengabaikan dunia maya?
Kawan yang bertandang itupun telah menentukan sikapnya, memilih move on, mungkin karena itu lebih kongkrit dan nyata baginya, selain dinamis tentunya. Meskipun memilih bermedsos adalah hal yang paling realistis.
Yahhh, kerap kali memang begitu.
Pilihan selalu bertumpu pada kebutuhan, apalagi ketika 'Rezim Tubuh', sedang berkuasa, maka medsos-lah teman setia. Menemani tubuh yang mau tidak harus tetap terbaring, selayaknya bedrest saja. Bukan karena sakit, tetapi lebih daripada dominasi kemalasan.Â
Medsos pada galibnya menjadi sarana efektif untuk melihat dunia yang tak terbatas. Membunuh waktu, menjangkarkan sepi, dengan menjelajah informasi dari segala arah. Meskipun tetap memiliki resiko tersendiri.
Setidaknya ketika melihat, membaca dan mendengar postingan yang bermunculan dari berbagai ragam gaya itu. Sedikit banyak menyusup secara laten dalam pikiran dan perasaan.Â
Keterlibatan emosional itu pastilah. Bukan sok sentimentil, impulsif, baper ato kepo, tapi lebih pada kesadaran responsif yang sungguh luar biasa dasyatnya menggedor-gedor nalar. Semisal semenjak pilpres 2014 dilanjut Pilgub DKI 2017 lalu. Ketika posisi sosial menjadi frontal head to head. Masing-masing memiliki semangat kebenarannya sendiri diantara para pengusung kepentingan yang saling berebut pengaruh.Â
Bujuk rayu dengan beraneka macam retorika. Begitulah pranata Medsos yang terbuka dan sepenuhnya belum secara tegas berkode etik. Saling mempengaruhi, saling menyandera, saling membangun aksi yang pasti memunculkan reaksi. Dan yang tak kalah serunya adalah multiple efek domino yang menjadi mata rantai yang tidak bisa diputus begitu saja.Â
Persis seperti permainan kartu (playing cards) Â remi dan domino. Lawan main mengeluarkan suatu kartu yang lain harus mengikuti sekaligus merubah arah permainan. Saling memancing, mengintai, menimblas dan sebagainya. Yang tidak lain saling bertujuan memenangkan permainan. Tetapi justru dari situlah sementara waktu terjadi proses katarsis, pelepasan kegelisahan, galau, ketidak puasan, kebenciaan ataupun kesenangan, stress, marah, tentang apapun. Dunia sudah sedemikian terbuka ketika orang ingin mengetahui dan diketahui orang lain. Meskipun semua itu bisa jadi semu namun nyata.Â
Semenjak kehadiran medsos, pola, gaya hidup dan relasi manusia memang bergeser. Terkadang pengadilan sosmed mengabaikan presumtion of innocenct, terlalu cepat menetapkan status terduga, tersangka, terdakwa dan terpidana.Â
Respon Medsos itu lebih kejam daripada kritik. Maka harap maklum jika kini, tradisi kritik mulai kendur. Selain lebih enakan berceloteh, ngenet. Sebagaimana medsos telah menjadikan permisif sekaligus submisif diyakini penghuninya.Â