Mohon tunggu...
Bembeng Je Susilo
Bembeng Je Susilo Mohon Tunggu... profesional -

FIMAKAHA INSTITUTE. Training For Elevating! Membumikan Inspirasi. Hidup mesti dilakoni dan dimaknai, berhenti berarti mati. Static means death. DPD HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia) Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Bincang-bincang Percepatan Wisata

18 Februari 2017   20:27 Diperbarui: 18 Februari 2017   20:56 1029
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tetty Aryanto sebagai nara sumber dalam sebuah acara

Target perolehan wisatawan tahun 2019 adalah 20 juta wisatawan manca negara dan 275 juta perjalanan wisatawan nusantara.  Sebuah target yang  tentu saja tidak begitu saja dapat diraih tanpa upaya keras dan cerdas dari semua stake holder pariwisata nasional. Untuk itu, pemerintah dalam hal ini kementerian pariwisata membentuk tim-tim percepatan wisata dalam berbagai bidang. Salah satu tim percepatan tersebut adalah tim percepatan wisata bidang sejarah, religi, tradisi, seni, dan budaya, yang diketuai oleh Tetty Aryanto. Apa yang mendasari dibentuknya tim tersebut dan apa tujuan  yang ingin dicapai? Saya berkesempatan berbincang-bincang dengan Tetty Ariyanto mengenai hal tersebut, berikut ini:

Tetty Aryanto sebagai nara sumber dalam sebuah acara
Tetty Aryanto sebagai nara sumber dalam sebuah acara
(T). Apa yang dimaksud dengan tim percepatan wisata dan apa yang melatar belakangi  pembentukannya?

(J). program percepatan ini  merupakan program presiden Jokowi sebagai  upaya   konkret dalam rangka pencapaian target jumlah wisatawan manca negara 20 juta pada tahun 2019 dan 275 juta perjalanan wisatawan nusantara.  Dalam kerangka  itulah presiden minta kepada menteri pariwisata untuk membentuk tim-tim yang akan mampu mengakselerasi percepatan pengembangan wisata-wisata ini. Ada sekitar  tujuh tim yang dibentuk. Ketika bicara percepatan,  berarti selama ini dirasakan ada sesuatu yang lambat, karena mungkin adanya penyumbatan-penyumbatan. Jadi misalnya, ketika masyarakat yang sudah bertahun-tahun tinggal di suatu lokasi yang berpotensi menjadi destinasi yang menarik menganggap suatu hal tersebut  biasa-biasa  saja, tapi ketika ada orang luar yang melihat,  kemungkinan ada peluang- peluang untuk membuka penyumbat-penyumbat yang ada, sehingga dapat menjadikan destinasi tersebut lebih manarik.  Nah, untuk membuka penyumbat-penyumbat itulah maka dibentuklah tim-tim percepatan.  

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
(T). Bagaimana dengan tim percepatan wisata yang Anda ketuai?

(J). Ya,  minat dari para wisatawan itu tentu baragam, oleh karena itu kementerian pariwisata membuat profil wisatawan sesuai dengan peminatan, ada yang berminat wisata budaya, wisata alam, wisata bahari, wisata halal dan lain-lain. Dari situlah  kemudian mengapa dibentuk tim-tim percepatan . Yang menarik adalah,  berdasarkan  analisa dan setelah dilakukan penelitian, ternyata wisatawan berkunjung ke suatu destinasi  paling besar karena ketertarikan terhadap budaya yang ada, mereka ingin mempelajari sesuatu yang berbeda dari budaya mereka sehari-hari.  Sementara wisata budaya itu sendiri bisa dibagi lagi menjadi beberapa  sub, ada wisatawan yang menyukai peninggalan sejarah (heritage), ada yang menyukai wisata ziarah, termasuk juga berbagai macam  tradisi dan seni, juga termasuk wisata budaya adalah wisata edukasi dan kuliner atau gastronomi, kemudian spa dan belanja. Nah, saya ditugasi sebagai ketua tim percepatan wisata sejarah, religi, tradisi, seni, dan budaya.

(T). Apa setrategi  yang dilakukan untuk mewujudkan pekerjaan tersebut?

(J). Setrategi yang akan dilakukan oleh tim adalah fokus pada pengembangan destinasi . Destinasi dalam arti bukan yang dari nol, tapi destinasi yang sudah memiliki infra struktur,  tim  berupaya melakukan  pengembangan-pengembangan yang sudah ada sesuai dengan namanya percepatan, jadi bukan dari nol.  

(T). Apakah selama dianggap lambat atau kurang digarap, sehingga dibutuhkan percepatan?

(J). Ya,…ini sebenarnya menyangkut falsafah  budaya kerja, jadi bagaimana membuat  birokrasi  memiliki cara berpikir  korporasi. Karena tentunya  cara berpikir birokrasi dan korporasi tentu berbeda.  Jadi orang-orang yang duduk di tim percepatan  bukan dari kalangan birokrasi tapi dari swasta yang sudah biasa dengan berpikir cara korporasi. Tim ini diharapkan dapat memberi angin segar bagi pengembangan wisata Indonesia. Meskipun sistem pengadministrasian tetap  cara-cara kementerian, tetapi konten dan  subtansinya diisi oleh tim yang cara berpikirnya  sudah biasa  out of the box.

Tim ini tetap melekat pada  pemerintah  bukan lembaga tersendiri, jadi semacam pokja. Tugas tim adalah membantu membuka kran-kran yang selama ini dirasa  menyumbat di birokrasi terhadap pengembangan destinasi wisata. Selama ini pengembangan destinasi dirasakan tidak atau kurang  dilakukan dengan cara berpikir kita sebagai user. Karena pemerintah itu biasanya top dawn, sementara kalau pengembangan destinasi ingin berjalan optimal harus dilihat dari kacamata kastemer. Nah, jadi kita bicara atas nama kastemer. Kastemer sekarang ini butuh pengalaman real, tidak sekedar kunjungan yang biasa-biasa saja. Mereka pingin tahu prosesnya seperti apa , jadi lebih melihat ke hulu dari pada hilirnya. Hulunya seperti apa sih?

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
(T). Dalam realisasi program ini, siapa saja komponen yang terlibat?

Ada tiga komponen utama dalam pengembangan wisata ini, yakni,  masyarakat, tour operator dan pemandu wisata. Masyarakat tentunya  memegang peran  utama dalam program percepatan ini (community base). Jadi masyarakat tidak boleh  sekedar menjadi obyek, dan  masyarakat jangan merasa jadi obyek tapi harus ikut berpartisipasi aktif karena destinasi adalah milik mereka, masyarakat harus dapat benefit. Nah, tim ingin membantu,  istilahnya  penguatan dari program ini setahap demi setahap.Jadi masyarakat harus  ikut berkontribusi  dan harus menikmati hasilnya yang pada gilirannya akan menyejahterakan mereka. Intinya  program ini adalah pemberdayaan. Untuk itu, masyarakat juga dituntun untuk  merubah pola pikir mereka itu, misalnya, harus selalu menjaga lingkungan agar selalu bersih dan indah dan mengajak para wisatawan yang berkunjung untuk tidak mencemari lingkungan, jadi win-win.

Dari segi tour operator. Tour operator bisa membawa wisatawan  yang berkualitas, tatkala bicara budaya wisatawan  tidak ingin yang menikmati hal-hal berbau kosmetik, mereka ingin berwisata  disamping bersenang-senang juga wisata yang bisa memperkaya  wawasan. Oleh karena itu tour operator ikut membawa mereka ke prosesnya , berinteraksi langsung. Tapi untuk bisa berinteraksi ini masyaratat harus disiapkan dahulu ,misalnya,  harus ada sadar wisata, hospitalitynya, jangan sampai hal –hal tersebut menjadi kendala. Menurut pengalaman saya, saya menemukan masyarakat yang hebat, mau menjadi tuan rumah yang baik, memang gak semua. Ada satu kunci penting, yakni  kepala desanya harus mau terlibat aktif, memiliki manajemen yang baik,dan  bertindak sebagai penggerak.

Dari segi pemandu wisata. Karena wisatawan  ingin berinteraksi dan terlibat dalam  prosesnya , sehingga  pemandu wisata dituntut harus berwawasan yang memadai tentang budaya dan kearifan  lokal (local wisdom) serta mempunya keterampilan story telling yang lebih, tanpa melebaykan, mampu menggali berbagai keunikan budaya yang ada. Harus mampu mengangkat hal hal yang menarik di destinasi bersangkutan. Mengungkapkan kepada wisatawan bahwa ini nyata,   tidak ada rekayasa. Bukan suatu yang bebau kosmetik. Jadi, the story behind the object. Pendeknya, wisatawan diajak  ikut terlibat bukan cuma nonton.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
(T). Ada pesan-pesan terakhir?

(J). Ya,…untuk menyukseskan program ini  harus ada sinergi. Saya sudah bicara dengan ketua umum HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia), bahwa biar bagaimanapun hasil kegiatan ini itu harus terhubung dengan para pemandu wisata.  Jadi mungkin HPI bisa bikin workshopatau seminar tentang pengembangan wisata sejarah, religi, tradisi, seni dan budaya.

Begitupun HPI  nanti bisa menindak lanjuti,  misalnya dengan meminta fasilitasi untuk program enhancementatau enrichment bagi anggotanya, karena destinasi- destinasi semua ini sebenarnya adalah daerah HPI. Saya terus terang  menyatakan dan menginginkan  bahwa saya hanya mau wisata ini tertata dengan baik oleh tatanan yang berlisensi dan berijin. Jangan  main illegal. Dan saya sebagai ketua tim percepatan amat menekankan kalau para pemandu wisata must be HPI member, licenced, sertified.

Akur…..akur!

Salam pariwisata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun