Mohon tunggu...
Bembeng Je Susilo
Bembeng Je Susilo Mohon Tunggu... profesional -

FIMAKAHA INSTITUTE. Training For Elevating! Membumikan Inspirasi. Hidup mesti dilakoni dan dimaknai, berhenti berarti mati. Static means death. DPD HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia) Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jadilah Indonesia!

5 Desember 2016   21:41 Diperbarui: 5 Desember 2016   21:50 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bangsa Indonesia telah melalui  sejarah peradaban nan panjang untuk menjadi apa yang kita alami saat ini. Melihat sejarah berarti menengok ke belakang yang lantas "seharusnya" memberi ruang  bagi kita untuk merefleksi, melihat ke dalam dan  lantas memampukan kita mencandra akan rupa masa depan. Melihat sejarah berarti pula memberi pengetahuan dan pengajaran bahwa negeri yang kini menjadi Indonesia memiliki warisan yang amat sangat kaya, baik berupa materi (produk budaya) maupun immateri (nilai budaya). Kesemuanya itu tentu saja menjadi modal nan amat berharga bagi keberlangsunan NKRI kini dan ke depan. 

Menjadi Indonesia tidak terjadi  begitu saja, ujug-ujug, melainkan melalui perjalanan panjang dan berliku. Sebuah perjalanan yang dibarengi dengan cucuran keringat, darah, dan air mata dari segenap pejuang dan rakyat.  Perjalanan  penuh pengorbanan  yang sudah selayaknya bagi generasi terkini menjadi rujukan semangat dalam perjuangannya untuk menjadi Indonesia sesungguhnya. 

Tentang nama Indonesia, adalah J.R Logan pada tahun 1850 pertama kali memakai kata "Indonesia" untuk makna geografis. Kemudian  A. Bastian pada tahun 1884 menggunakan kata "Indonesia" untuk pengertian etnografis. Pada kontek politik  "Indonesia" dipakai oleh Perhimpunan Mahasiswa Indonesia di Belanda berjuluk Indonesische Vereeniging pada 1922 sebagai perubahan dari nama Indische Vereeniging. Dan, pada 1924 perhimpunan ini menggunakan bahasa Melayu (cikal bakal bahasa Indonesia) menjadi Perhimpunan Indonesia. 

Puncak cikal bakal kata "Indonesia" terjadi pada peristiwa "Soempah Pemoeda" yang diadakan di Jakarta pada 28 Oktober 1928. Deklarasi sumpah ini terjadi dalam Kongres Pemuda Indonesia yang menyatakan " Satu Tanah Air (Nusa) Indonesia, Satu Bangsa Indonesia, dan menjunjung tinggi bahasa persatuan bahasa Indonesia". 

Menjadi Indonesia

Menjadi Indonesia adalah kisah tentang  perjalanan sejarah sekelompok (suku) bangsa  yang pada paruh awal abad ke-20 membentuk sebuah negara, mewadahi suatu bangsa baru bernama Indonesia. Maka jadilah Indonesia. Sesungguhnya, hingga abad ke-19 Indonesia belum ada. Tapi sejak ribuan tahun sebelumnya orang telah menghuni gugusan pulau terbesar khatulistiwa ini.

Lantas, apa makna menjadi Indonesia bagi kita? Bagaimana caranya? Apa artinya?

Sebuah semboyan tentu saja bukan sekedar basa-basi yang kosong tanpa makna dan isi. Begitupun semboyan yang dimiliki dan digadang-gadang serbagai ikon persatuan bangsa dan negara Indonesia “Bhinneka Tunggal Ika”. Kita sebagai bangsa mendambakan bukan hanya persatuan (union) tapi kesatuan (unity), menyatu dalam bentuk kesatuan yang utuh dan mengukuh sebagai bangsa dengan beragam budaya , suku, agama dan adat istiadat ini. Oleh karenanya, menjadi Indonesia  memiliki arti nan teramat dalam dan sungguh sebuah upaya mulia yang mesti disadari dan dilakukan oleh segenap komponen bangsa  dengan keragaman ini.

Menjadi Indonesia salah satunya adalah dengan merasakan dan berupaya meningkatan pemahamam tentang hal-hal yang mempersatukan dan hal-hal yang membedakan. Kesatuan bukan berarti penyeragaman atau penyamaan terhadap semua hal dengan menghilangkan identitas kelompok. Justru keberagaman  itulah, kalau kita pandai merajutnya , akan menjadi kekuatan yang sesungguhnya dari “menjadi  Indonesia”.

Pentingnya kemauan untuk bersatu akan lebih bermakna pabila kita mampu memahami betapa  besar keanekaragaman; alam dan budaya di negeri ini. Bagaimana kebudayaan 

berkembang dalam lingkungan yang berbeda, bagaimana kebudayaan berkembang dan di pengaruhi oleh kebudayan lain yang datang dari luar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun