Mohon tunggu...
Bembeng Je Susilo
Bembeng Je Susilo Mohon Tunggu... profesional -

FIMAKAHA INSTITUTE. Training For Elevating! Membumikan Inspirasi. Hidup mesti dilakoni dan dimaknai, berhenti berarti mati. Static means death. DPD HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia) Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ngombe Kopi! Kopi Jawa Pernah Mendunia

14 Mei 2016   10:03 Diperbarui: 30 Juni 2016   13:51 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sejarahnya, kepopuleran kopi Jawa terus melesat hingga akhir abad 19. Sehingga dalam kurun waktu 2 abad, Jawa berkembang menjadi produsen ko-pi terbesar di dunia. Dari kesunyian kebun-kebun kopi  di tanah air, aroma dan cita rasa kopi Jawa telah sampai ke gerai-gerai kopi di seluruh dunia.

Ada sebuah buku yang cukup menarik yang mengupas tentang kopi Jawa, yaitu The Road to Java Coffe yang ditulis oleh Prawoto Indarto. Buku tersebut bercerita tentang  perjalanan kopi dari pulau Jawa sampai pada distribusi ke seluruh dunia pada akhir abad ke-18. Sebagai produk, kopi Jawa adalah brand yang sangat populer sampai-sampai kata “jawa” dapat menggantikan kata “kopi”. Buku ini mendokumenta-sikan bagaimana bangsa Indonesia seharusnya bangga pada kopinya sendiri.

Buku karangan Prawoto Indarto
Buku karangan Prawoto Indarto
                                                                        

Pada tahun 1726, kopi Jawa telah menguasai pasar Eropa. Hal ini terjadi jauh sebelum masyarakat dunia mengenal kopi Brazil, Guetemala, dan India. Namun  pada akhir abad-18 banyak perkebunan kopi di Jawa diserang hama yang cukup merontokkan produksi kopi Jawa saat itu. Sebagai akibatnya persediaan kopi di Jawa  hampir habis dan kekosongan ini dimanfaat-kan oleh kopi dari negara lain untuk mengisi pasar Eropa dan Amerika Serikat.

 Keunggulan rasa kopi Jawa terletak pada aroma hutan yang dimilikinya, rasanya yang manis dan lembut. Beberapa diantara kopi Jawa yang sudah ter-kenal seperti Mocha Java, Kopi Java Prime, Kopi Java Preanger, dan Kopi Javaco. Saat ini kebanyakan perke-bunan kopi di Jawa dikuasai oleh PTPN yang mene-ruskan tradisi kopi Jawa yang sudah mendunia.

Kopi Jawa dulu menjadi primadona yang diang-kut dari perkebunan dataran tinggi melalui jalan Raya Pos (De Grote Postweg) untuk diekspor ke Eropa. Kopi Jawa saat itu adalah salah satu primadona seperti kina, tebu, teh, dan karet yang kini justru semakin surut pamornya karena sistem budidaya pertanian yang coba sana-sini sehingga kehilangan fokus.

Bermula dari Tanam Paksa

 Kejayaan kopi Jawa bermula dari penerapan tanam paksa (Cultuurstelsel) pada masa Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch (1830-1833). Dalam sistem tanam paksa pemerintah kolonial mewajibkan petani mengalokasikan seperlima lahan tanaman untuk pasar Eropa, yaitu kopi, tebu, nila, teh, dan tembakau.

 Tak ayal, eksotisme Jawa telah lama dike-nal di dunia Barat terutama lewat hasil buminya yang terkenal yakni, kopi. Telah dakui bahwa kopi Jawa dari jenis Arabica atau pun Robusta memiliki kualitas premium di dunia.  Tidak sembarangan memang untuk dapat memperoleh kopi Jawa dengan kualitas premium.  Biji kopi harus disimpan lima tahun untuk jenis Robusta dan delapan tahun untuk kopi Arabica untuk selanjunya diproses demi mendapatkan cita rasa terbaik.  Dari proses tersebut, dari 100 kg biji kopi (berry) kering, akan didapat sekitar 80 kg bubuk kopi yang bebas dari rasa masam.

 Untuk memperoleh kualitas terbaik, dalam memasak kopi Jawa pun tidak boleh menggunakan sembarangan kayu, tapi harus menggunakan kayu po-hon karet dan disangrai dalam sebuah adah berbentuk globe. Namun, saat ini banyak pengusaha kopi yang tidak mematuhi kaidah teraebut yang hanya mengejar omzet.

Dewasa ini memang pamor kopi Jawa tidak semoncer di masa lalu. Berbagai pihak kini sedang berupaya mengembalikan pamor dan citra kopi Jawa dengan berbagai cara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun