Sejak dulu, olahraga bulutangkis telah mengharumkan nama Indonesia. Tidak bisa dipungkiri, dunia mengenal Indonesia, lewat olahraga tepok bulu ini. Nama-nama pebulutangkis Indonesia seperti Rudi Hartono, Christian Hadinata, Liem Swie King, Susi Susanti, Haryanto Arbi, Taufik Hidayat, sampai yang masih bermain seperti Lilyana  Natsir, Kevin dan Marcus, telah terpatri namanya di berbagai kejuaraan bergengsi bulutangkis.
Saya sendiri menganal bulutangkis dari Ibu saya. Maksudnya bukan menekuni olahraga tepok bulu ini, tapi sebagai pecinta tontonan olahraga ini. Kalau zaman now sering disebut Badminton Lovers. Makanya saya menyaksikan dari format score 15 dan pindah servis untuk tunggal Putra, ganda putra, ganda putri, ganda campuran, lalu score 11 dan pindah servis untuk tunggal putri. Sampai sekarang score 21 dengan sistem rally point.
Masih terekam jelas, bagaimana serunya menonton bulutangkis lewat televisi hitam putih 17 inci yang ada lemari dan kakinya, lalu tunernya masih diputar. Jadi tontonan yang saya tunggu. Apalagi zaman itu kan stasiun televisi hanya TVRI. Apalagi zaman old, TVRI rutin menyiarkan babak semi final dan final. Kadang nontonnya sampai agak malam. Bapak saya sampai kesal. Bahkan kadang sekering listrik dicabut. Duh.. sungguh teganya... teganya.. Bapak Saya itu hahaha.
Dari situlah, saya mengenal Liem Swie King, Lius Pongoh, Imelda Wiguna, Ivana Lie, Verawaty Vajrin, Edi Hartono, Gunawan. Lalu masuk ke angkatan selanjutnya, Joko Supriyanto, Ricky Subagja, Rexy Mainaky, Susi Susanti, Sarwendah, Mia Audina. Selanjutnya terus angkatan Taufik Hidayat dan Maria Kristin, sampai sekarang angkatan Kevin, Marcus, dan Jonathan Christie.
Memang di tahun 80-90 itu, kekuatan bulutangkis  Indonesia sangat kuat. Berulang kali Piala Thomas berhasil dibawa ke Indonesia. Susi Susanti pun berhasil menjadi kapten yang mengantarkan srikandi-srikandi Indonesia membawa pulang piala Uber. Bahkan Indonesia masih sempat mengangkat piala Sudirman yang diadakan untuk pertama kalinya tahun 1989 di Jakarta.
Tidak hanya itu, di Olimpiade 1992, Indonesia berhasil meraih Emas, perak, sekaligus perunggu di nomor tunggal Putra. Alan Budikusuma, Ardi B Wiranata dan Hermawan Susanto, berdiri bersama di podium juara.Â
Semakin lengkap saat Susi Susanti berhasil meraih emas setelah di final mengalahkan andalan korea selatan Bang Soo Hyun. Ini sekaligus mencatatkan secara, Alan dan Susi yang kala itu masih berpacaran, berhasil mengawinkan emas olimpiade, dan berlanjut ke pelaminan. Wih.. so sweet deh...
Alhamdulillah, Tradisi emas Olimpiade selalu bisa diraih. Tercatat emas juga diraih oleh pasangan ganda putra Ricky Subagja/Rexy Mainaky, Toni Gunawan/Candra Wijaya, dan Markis Kido/Hendra Setiawan. Di tunggal Putra selain Alan Budikusuma, ada Taufik Hidayat. Sedangkan Emas di Olimpiade 2016 teranyar diraih dari sektor ganda campuran Lilayana Natsir/Tantowi Ahmad.
Namun di tahun 2018 ini, saya optimis bulutangkis Indonesia akan meningkat. Ini terlihat dari pencapaian Indonesia di berbagai kejuaraan yang telah diadakan awal tahun. Indonesia berhasil merebut gelar. Di Thailand dapat gelar tunggal putra dari Tommy Sugiarto, di Malaysia dapat gelar dari ganda putra Fajar/Rian.Â
Di Indonesia Master dapat gelar tunggal putra dan ganda putra dari Anthony Ginting dan Marcus Kevin. Sedangkan di India Master dapat 2 gelar dari ganda putra dan ganda putri yang dipersembahkan oleh pasangan Kevin/Marcus dan Greysia/Apriani.