Kedatangan Bambang Sumantri secara tiba-tiba ini membuat sang raja dan semua yang hadir menjadi terkejut dan saling bertanya-tanya dalam hati masing-masing. Peristiwa ini dilukiskan dalam syair gending Jawa yang bunyinya demikian:
Ya ta wau, sumewa ing ngarsa nata
Nenggih raden Sumantri
Kagyat ingkang mulat
Tinarka dewa darat
Kadora wekasan sang Sri
Harjunasasra, mangkana ngandika aris
 Artinya :
Iya ketika itu, telah datang di hadapan raja. Adalah raden Sumantri, membuat terkejut semua hadirin di pasewakan agung. Banyak yang mengira, berbisik sama temannya mengatakan bahwa yang datang adalah dewa yang turun ke dunia. Sang Sri Harjunasasrabahu akhirnya juga terkejut, demikianlah sabda sang raja.
Prabu Harjubasasra menerima pengabdian Bambang Sumantri dengan syarat memboyong dewi Citrawati puteri prabu Citrawirya dari negara Magada.Â
Puteri tersebut hendak dipermaisuri oleh sang prabu Harjunasasrabahu. Â Bambang Sumantri tidak keberatan akhirnya mohon restu dan pamit untuk berangkat ke negeri Magada.
Bambang Sumantri diperbolehkan sang raja Magada untuk memboyong putrinya setelah lolos dalam beberapa persyaratan. Setelah lolos, Bambang Sumantri memboyong dewi Citrawati disertai puteri domas (puteri dayang berjumlah delapan ratus).
Bambang Sumantri menuju negeri Maespati namun diperjalanan berubah pikiran. Ia tiba-tiba berniat untuk mencoba kesaktian prabu Arjunasasrabahu.Â
Dibuatlah surat kemudian dititipkan salah satu punggawa Maespati agar disampaikan kepada sang Prabu.Â
Begitu menerima surat tantangan tadi, muka sang Prabu Arjunasasrabahu menjadi merah padam. Ia hendak menemui Bambang Sumantri dengan perjalanan naik kereta perang. Peperangan antara raja dan ksatria ini dilukiskan dalam sebuah syair tembang:
Denira campuh aprang
Sri Harjunasasra
Lawan raden Sumantri
Aliru prabawa
Tan ana kasoran
Mangkana Sri Narendra
Amangun triwikrama
Tedhak saking rata
Mrepegi mungsuhira
Jawateng awiyat
Ngudanaken kembang
Lumrang banjaransari