Mohon tunggu...
Bambang Indri
Bambang Indri Mohon Tunggu... Guru - Guru

Dunia pendidikan dan dunia seni budaya tradisi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Wayang Kulit Sebagai Media Pembelajaran Serat Tripama

2 Maret 2024   08:13 Diperbarui: 2 Maret 2024   08:40 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejauh mana pemahaman Generasi Muda tentang Wayang ?

            Di era milenial yang serba digital dan berbasis IT ini, generasi muda tidak lepas dari dua buah benda yang sering disanding yakni laptop dan gawai. Fitur-fitur maupun berbagai aplikasi yang disediakan sangat lengkap dan beragam serta menarik. Teknologi informasi yang serba maju ini sangat disukai generasi muda terbukti mereka hampir setiap saat selalu memegang gawainya. Mereka banyak yang melupakan budaya tradisi warisan leluhurnya. Meskipun masih ada beberapa yang tau, ingat, paham ataupun menyukai, apabila diprosentasikan akan lebih banyak yang tidak mengetahui atau melupakan.

            Generasi muda lebih suka video maupun audio yang bercorak kekinian begitu juga dalam hal budaya wayang. Banyak yang suka film atau video wayang animasi (contoh yutube : Ari Poncowolo dan Agung Kayon), wayang kampung sebelah dan sebagainya. Banyak yang tidak hafal wujud dan karakteristik maupun kisah singkat tentang tokoh-tokoh pewayangan tersebut. Jangankan kisah singkat, menyebutkan nama dari gambar yang disajikan saja kadang keliru.

Menumbuh-kembangkan kembali minat Siswa pada Dunia Wayang

Berpijak pada paradigma generasi muda di atas, penulis berupaya untuk menyadarkan dan mengingatkan kepada mereka untuk dapat memahami terlebih dahulu tentang keteladanan tiga tokoh wayang kulit.  Setelah memahami, diharapkan nanti mampu mengambil contoh nilai-nilai keteladanan dari cerita tersebut.

Para siswa menceritakan salah satu dari ketiga tokoh Tripama di depan kelas sambil memegang wayangnya. Satu persatu menceritakan kisah dari salah satu tokoh tersebut memakai ragam bahasa krama maupun ngoko dengan rangkaian bahasa yang disusun dan dikembangkan sendiri menurut kemampuan masing-masing individu. Kegiatan Belajar Mengajar ini menggunakan media wayang kulit purwa dengan tokoh Bambang Sumantri, Kumbakarna dan Basukarna. Penggunaan media ini diharap para siswa lebih tertarik dan antusias untuk menceritakan, karena mereka tidak hanya melihat gambar, video rekaman ataupun tiruan wayang saja, tetapi betul-betul memegang wayang kulit asli sesuai dengan tokoh yang dimaksud.

Kegiatan ini dapat dijadikan sebagai penilaian praktik bercerita dengan ragam bahasa Jawa sebagai tindak lanjut penilaian praktik pada sebuah materi yang telah dipelajarinya.

Kendala Siswa dalam penguasaan kosa kata

            Siswa-siswi yang bercerita dengan tingkat kemampuannya masing-masing tersebut kadang kala mengalami kendala dalam pengucapan kosa katanya. Hal ini maklum dan dapat kita mengerti karena di jaman sekarang sudah jarang anak muda yang mendengar atau mengetahui bahasa bahasa Jawa tersebut terlebih banyak yang menggunakan bahasa sastra misalnya bahasa rinengga, bahasa kawi, maupun bahasa kiasan yang lain.

            Kosa kata yang sering salah ucapan tersebut diantaranya : baratayuda menjadi batharayuda, Sukasrana menjadi sukarsana, Ngalengka yang pakai le adalah la dipepet diucapkan memakai taling dan masih banyak lagi

Generasi Muda sebagai Estafet Pelestari Budaya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun