Selain itu para calon kader tersebut juga harus bersiap-siap mengeluarkan modal yang tidak sedikit. Sehingga saat mereka diposisikan secara otomatis mengeruk uang haram sebagai keuntungan pribadi maupun kelompoknya untuk setidaknya balik modal.
Politik diperlakukan sebagai hitungan bisnis. Karenanya dikenal dengan 'politik dagang sapi'. Anehnya walaupun telah sering muncul anekdotnya di mana-mana; di media masa dan media sosial, namun hal ini terus berlangsung. Stupidiy terjadi di depan mata kita sehari-hari, namun marah bila itu disebut sebagai salah satu sumber 'budaya korupsi' bangsa kita. Dua ratus tujuh puluh juta jiwa lebih tidak ada yang mampu kah memutus mata rantai ini?
Melalui penjabaran fakta-fakta di atas tersebut, semakin terang benderang mengapa persepsi 'kehidupan berpolitik' di negeri kita ini sangat negatif, menjijikkan, bahkan haram dibahas di mana-mana.Â
Contohnya saja; hampir di setiap whatsapp group dilarang membicarakan topik berkaitan politik. Mereka secara membabi buta membungkam antara politik praktis maupun pendidikan politik tanpa bisa membedakannya lagi. Seakan-akan 'politik yang sehat' hanya isapan jempol belaka di negeri ini.
Sementara di negara-negara maju pengetahuan kehidupan berpolitik terus berkembang. Bila kita searching dan browsing, ditemukan suatu artikel jurnal penelitian yang mengulas perkembangan neuropolitics selama 20 tahun terakhir.Â
Penelitian tersebut mengidentifikasi beberapa tema menyeluruh, reaksi terhadap pertanyaan sikap politik dan wajah kandidat, identifikasi ideologi politik berdasarkan struktur otak atau reaktivitas terhadap rangsangan nonpolitik, dan sikap rasial, serta hambatan terhadap kemajuannya (Schreiber, 2017).Â
Peneliti ini kemudian mengeksplorasi kemajuan metodologis dan analitis yang menunjukkan jalan ke depan untuk masa depan neuropolitik.
Sementara aplikasi neuropolitik di Indonesia telah diperkenalkan kepada pemilu-pemilu sebelumnya, walau masih sangat minim dan hanya memunculkan fenomena dan istilah yang sangat popular (saat itu), salah satunya; 'croc brain' kependekan dari crocodile brain (nama lainnya; batang otak, brainstem, survival brain, lower brain, reptilian brain, primitive brain, lizard brain, old brain, dan masih banyak lagi) yang menunjukkan bahwa pembahasan dan perdebatannya hanya sebatas memanfaatkan low road, lower order tihinking atau system 1; fast thinking (Kahneman, 2011).
Schreiber pada artikel tersebut menjelaskan begitu pesat kemajuan neuropolitik hari ini maupun peluang ke depannya, baik secara keilmuan maupun praktiknya.Â
Salah satu faktor pendorongnya adalah kemajuan ilmu neurosains terutama cara manusia memahami otaknya bekerja, dampak kemajuan perkembangan teknologi elektro pemindai, pencitraan, atau pengukuran otak manusia. Mulai dari fMRI (functional magnetic resonance imaging), EEG (electroencephalogram), fNIRS (functional near infrared spectroscopy), EROS (event-related optical signal).Â
Sehingga para neurosaintis terutama pengamat dan peneliti neuropolitik dapat menyelidiki tidak hanya gangguan aktivitas di otak, seperti borderline personality disorder (BPD).Â